![]() |
مجلس الحديث النبويّ الشريف
MAJELIS KAJIAN HADITS BERSAMA ZULKIFLI ZAKARIA
DI RUMAH SAKIT TAMAR MEDICAL CENTRE (TMC)
Jl. Basuki Rahmat No.1 Pariaman
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Bahasan Hadits tentang Mengimani Azab Kubur
Rabu, 14 Jumadil Ula 1447 H / 5 November 2025 M
Teks Hadits:
14 - (2781) حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ، حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ وَهُو ابْنُ الْمُغِيرَةِ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: " كَانَ مِنَّا رَجُلٌ مِنْ بَنِي النَّجَّارِ قَدْ قَرَأَ الْبَقَرَةَ وَآلَ عِمْرَانَ وَكَانَ يَكْتُبُ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَانْطَلَقَ هَارِبًا حَتَّى لَحِقَ بِأَهْلِ الْكِتَابِ، قَالَ: فَرَفَعُوهُ، قَالُوا: هَذَا قَدْ كَانَ يَكْتُبُ لِمُحَمَّدٍ فَأُعْجِبُوا بِهِ، فَمَا لَبِثَ أَنْ قَصَمَ اللهُ عُنُقَهُ فِيهِمْ، فَحَفَرُوا لَهُ فَوَارَوْهُ، فَأَصْبَحَتِ الْأَرْضُ قَدْ نَبَذَتْهُ عَلَى وَجْهِهَا، ثُمَّ عَادُوا فَحَفَرُوا لَهُ، فَوَارَوْهُ فَأَصْبَحَتِ الْأَرْضُ قَدْ نَبَذَتْهُ عَلَى وَجْهِهَا، ثُمَّ عَادُوا فَحَفَرُوا لَهُ، فَوَارَوْهُ فَأَصْبَحَتِ الْأَرْضُ قَدْ نَبَذَتْهُ عَلَى وَجْهِهَا، فَتَرَكُوهُ مَنْبُوذًا "
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Rāfi‘, telah menceritakan kepada kami Abu An-Nadhr, telah menceritakan kepada kami Sulaimān bin Al-Mughīrah, dari Tsābit, dari Anas bin Mālik radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata:
“Di antara kami ada seorang laki-laki dari Bani Najjār. Ia telah membaca surah Al-Baqarah dan Āli ‘Imrān, serta menulis (wahyu) untuk Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam. Namun kemudian ia melarikan diri dan bergabung dengan Ahli Kitab. Mereka pun memujinya dan berkata, ‘Inilah orang yang dahulu menulis untuk Muhammad.’
Tak lama setelah itu, Allah pun mematahkan lehernya di tengah mereka. Lalu mereka menggali kuburnya dan menguburkannya, namun keesokan harinya bumi melemparkannya ke permukaan dengan posisi tertelungkup.
Mereka menggali lagi dan menguburkannya, namun bumi kembali melemparkannya ke permukaan dengan posisi tertelungkup. Mereka ulangi untuk ketiga kalinya, dan bumi tetap menolaknya. Akhirnya mereka membiarkannya tergeletak di atas tanah.”
(HR. Muslim, no. 2781-14)
Pelajaran dari Hadits ini:
Syarah dan Kandungan Makna
Hadits ini merupakan bukti nyata tentang azab dan kehinaan di alam kubur yang menimpa orang yang murtad setelah beriman. Ia juga menjadi dalil bahwa bumi tunduk kepada perintah Allah subḥānahu wata‘ālā, menerima jasad orang beriman dan menolak jasad orang durhaka.
Latar dan Hikmah Peristiwa
Laki-laki dari Bani Najjār ini pernah menjadi penulis wahyu dan membaca dua surah panjang—Al-Baqarah dan Āli ‘Imrān—menunjukkan kedekatannya dengan ilmu dan Nabi. Namun ketika ia berpaling (murtad) dan bergabung dengan Ahli Kitab, Allah menimpakan kehinaan kepadanya: mati secara hina dan jasadnya ditolak oleh bumi.
Imam An-Nawawī menyebutkan identitas yang diriwayatkan oleh sebagian perawi (Al-Jadd bin Qais), dan memperjelas makna maka bumi melemparkannya sebagai penolakan dan pembuangan jasad secara nyata (Syarḥ Shahīh Muslim, 17/128).
Kutipan tentang “perkataan” bumi (sumber akurat)
Perbuatan bumi menerima atau menolak ini sesuai dengan beberapa hadits lain yang menjelaskan sikap kubur.
Contoh redaksi yang masyhur (dari riwayat Abu Sa‘īd al-Khudrī) bahwa Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَإِذَا دُفِنَ العَبْدُ الْمُؤْمِنُ قَالَ لَهُ القَبْرُ: مَرْحَبًا وَأَهْلاً أَمَا إِنْ كُنْتَ لأَحَبَّ مَنْ يَمْشِي عَلَى ظَهْرِي إِلَيَّ، فَإِذْ وُلِّيتُكَ اليَوْمَ وَصِرْتَ إِلَيَّ فَسَتَرَى صَنِيعِيَ بِكَ قَالَ: فَيَتَّسِعُ لَهُ مَدَّ بَصَرِهِ وَيُفْتَحُ لَهُ بَابٌ إِلَى الجَنَّةِ. وَإِذَا دُفِنَ العَبْدُ الفَاجِرُ أَوِ الكَافِرُ قَالَ لَهُ القَبْرُ: لاَ مَرْحَبًا وَلاَ أَهْلاً أَمَا إِنْ كُنْتَ لأَبْغَضَ مَنْ يَمْشِي عَلَى ظَهْرِي إِلَيَّ، فَإِذْ وُلِّيتُكَ اليَوْمَ وَصِرْتَ إِلَيَّ فَسَتَرَى صَنِيعِيَ بِكَ قَالَ: فَيَلْتَئِمُ عَلَيْهِ حَتَّى تَلْتَقِيَ عَلَيْهِ وَتَخْتَلِفَ أَضْلاَعُهُ
“Apabila seorang hamba mukmin telah dikuburkan, kubur berkata kepadanya ‘Selamat datang dan selamat tiba! Demi Allah, sungguh engkau adalah orang yang paling aku cintai ketika berjalan di atasku. Maka sekarang, setelah engkau diserahkan kepadaku dan menjadi milikku, engkau akan melihat perlakuanku kepadamu.’ Maka kubur pun diluaskan sejauh pandangan matanya, dan dibukakan baginya pintu menuju surga.
Tetapi apabila hamba itu fajir (pendosa) atau kafir dikuburkan, kubur berkata kepadanya ‘Tidak ada selamat datang dan tidak pula selamat tiba! Demi Allah, engkau adalah orang yang paling aku benci ketika berjalan di atasku. Sekarang setelah engkau diserahkan kepadaku dan menjadi milikku, engkau akan melihat perlakuanku kepadamu.’ Maka kubur pun menyempit atasnya hingga tulang-tulang rusuknya saling bertaut dan saling bersilangan.”
(HR. at-Tirmidzi, no. 2460)
Kutipan ini memperkuat makna bahwa bumi “mengenal” keadaan pemiliknya dan tunduk kepada perintah Rabb—menerima orang bertakwa dan menolak orang yang dimurkai.
Kemuliaan dan Kehinaan di Alam Barzakh
Hadits ini menunjukkan bahwa ilmu tanpa iman tidak menyelamatkan. Meskipun laki-laki itu pernah membaca Al-Qur’an dan menulis wahyu, ketika hatinya berbelok dari keimanan, ilmu tidak memberi manfaat—malah menjadi saksi yang memberatkan. Firman Allah mengingatkan:
{ وَمَنْ يُبَدِّلْ نِعْمَةَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُ فَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (211)} [البقرة: 211]
“Barang siapa menukar nikmat Allah setelah nikmat itu datang kepadanya, maka sungguh Allah amat keras siksa-Nya.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 211)
Ilmu adalah nikmat besar. Jika disertai iman, ia akan menjadi cahaya dan penyelamat. Tetapi jika ditinggalkan karena sombong dan kufur, ilmu itu akan berubah menjadi hujjah yang membinasakan.
Pelajaran Iman dan Amal
1. Kemuliaan bukan pada ilmu semata, tetapi pada istiqamah dalam iman.
2. Murtad setelah mengenal kebenaran adalah dosa besar yang menghapus amal dan mengundang azab yang pedih.
3. Azab kubur adalah hak, sebagaimana bumi menolak jasad orang yang dimurkai Allah.
4. Ilmu Al-Qur’an harus disertai keikhlasan dan keyakinan, sebab ilmu tanpa amal hanyalah kesaksian atas kehancuran diri sendiri.
Penutup
Peristiwa ini adalah peringatan keras: ilmu tanpa iman tidak menyelamatkan; iman harus terpelihara sampai akhir hayat. Marilah kita menjaga hati, memperbanyak amal dan istiqāmah, agar ketika dikumpulkan kepada Rabb, kita termasuk orang yang diterima oleh bumi dan diberi kelapangan di barzakh.
Wallāhu a‘lam.
