![]() |
| Presiden Lajnah Tanfiziyah Pimpinan Pusat Syarikat Islam, Hamdan Zoelva menyampaikan pidato Milad ke 120 di Jakarta Convention Center. |
MU-ONLINE -- Hari ini kita memperingati 120 tahun usia Syarikat Islam sebagai tanda syukur kita kepada Allah SWT dan ungkapan rasa gembira dari kita semua bahwa organisasi kita ini masih eksis dan tegak berdiri kokoh di bumi pertiwi yang kita cintai.
Usia 120 tahun adalah usia sangat panjang bagi sebuah organisasi. Sejak didirikan di Laweyan Solo pada 16 Oktober 1905 hingga saat ini, organisasi yang kita cintai ini telah mengalami masa-masa pasang dan surut, kadang kita maju dan terdepan bahkan sangat disegani oleh musuhnya kaum penjajah dan menjadi sumber utama inspirasi kebangkitan nasional dan kemerdekaan Indonesia. Tokoh-tokohnya adalah para tokoh yang dikenal dalam sejarah Indonesia sebagai tokoh-tokoh yang merumuskan mimpi dan melukis tentang Indonesia yang merdeka dan mewujudkan lukisan dan mimpi itu dalam tindakan dan pergerakan bahkan dengan mengorbankan harta dan jiwa sekali pun.
Tetapi pada sisi lain, harus kita akui bahwa Syarikat Islam mengalami masa-masa surut yang sangat lama dan bahkan seakan tidak berdaya. Masa-masa perpecahan yang kita alami baik akibat perbedaan ideologi maupun perbedaan strategi perjuangan organisasi membuat organisasi ini mengalami krisis panjang menjadi mengecil. Pada sisi lain tumbuh berbagai organisasi lain dengan berbagai bentuk dan strategi pergerakan, membuat Syarikat Islam harus membagi para tokohnya untuk bergerak dan berjuang di berbagai organisasi tersebut.
Masa-masa keemasan dan masa-masa surut itu, harus menjadi pelajaran (muhasabah) dan renungan bagi kita yang kini memimpin dan memikul tanggung jawab mengurus dan mengelola organisasi ini. Mengapa organisasi ini bisa tumbuh besar, melejit dan berperan dominan pada suatu masa dan mengapa pula organisasi ini mengalami penurunan peran dalam perjalanan sejarahnya pada masa yang lain. Hal inilah yang patut kita renungkan bersama.
Bagi saya organisasi ini harus terus dipertahankan dan dibesarkan karena dari organisasi inilah kita dapat membaca arsip Indonesia yang hidup, kita mendapatkan nilai-nilai keindonesiaan dan keislaman yang melekat dan saling menguatkan, yang menjadi modalitas membangun Indonesia kini dan masa depan. Kita harus dapat membaca kembali masalah dan tantangan yang kita hadapi baik masalah umat Islam maupun negara dan bangsa yang kita hadapi, untuk merumuskan langkah dan visi organisasi yang tepat untuk masa yang akan datang. Dengan perumusan yang tepat itulah kita menjadikan organisasi ini sebagai organisasi yang memberi solusi bagi umat dan bangsa.
Para pendahulu Syarikat Islam telah merumuskan Program Asas dan Program Tandhim yang sangat tepat pada masa sebelum kemerdekaan (Program Asas sejak tahun 1917 dan Tafsir Program Asas Tahun 1931 yang secara khusus dipersiapkan oleh HOS Tjokroaminoto) sampai sekarang masih menjadi pedoman bagi gerak organisasi kita. Program Asas pada masa itu dimaksudkan untuk mencapai Indonesia merdeka menuju kemerdekaan sejati, melalui Persatuan Ummat, Kemerdekaan Ummat (National Friijheid), tata kehidupan dan pemerintahan yang ber-kedaulatan rakyat, keadilan ekonomi, persamaan hak dan menuju kemerdekaan sejati. Kemerdekaan sejati adalah kehidupan yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT yaitu baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur.
Kita harus menyempurnakan kembali Program Azas tersebut, yang disesuaikan dengan kondisi dan tantangan kita pada masa sekarang dan yang akan datang. Jika dulu Program Azas dirumuskan sebelum Indonesia merdeka yang bergelut dengan cita-cita untuk kemerdekaan, maka kini kita telah 80 tahun merdeka, tantangan kita ke depan adalah menjadikan Indonesia sebagai negara yang sejahtera, adil dan makmur yang semua warganya bangga sebagai warga negara Indonesia di hadapan bangsa-bangsa lain. Tentu nilai-nilai dalam Program Asas dan Program Tandhim yang disusun sebelum kemerdekaan itu masih relevan menjadi inspirasi bagi kita, karena banyak nilai-nilai universal yang terkandung di dalamnya. Tetapi analisis tantangan baru menjadi penting untuk kita rumuskan, untuk memperbarui gerakan Syarikat Islam agar sesuai dengan kebutuhan zaman.
Tantangan umat dan bangsa yang utama pada saat ini adalah kondisi ekonomi yang timpang baik ketimpangan pendapatan antara penduduk maupun ketimpangan antarwilayah Indonesia. Kondisi ketimpangan ini akan sangat berbahaya bagi persatuan dan solidaritas nasional kita sebagai bangsa, karena kondisi ketimpangan adalah kondisi ketidakadilan. Semakin besar ketimpangan semakin besar pula ketidakadilan. Oleh karena itu baik pemerintah maupun organisasi kemasyarakatan harus menjadikan masalah ini sebagai masalah bersama yang harus diatasi secara bersama-sama pula dan dengan gotong royong.
Dalam kaitan itu, Syarikat Islam mengapresiasi langkah kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang mengambil jalan ekonomi baru, dengan arus utama pada pembangunan rakyat bawah dan desa termasuk secara masif membangun koperasi-koperasi desa dengan nama Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di seluruh desa dan kelurahan di Indonesia. Pembangunan yang menyasar dan berdampak pada peningkatan pendapatan dan pemberdayaan rakyat banyak. Orientasi pembangunan yang lebih fokus pada pembangunan yang berdampak langsung pada perbaikan perikehidupan rakyat. Syarikat Islam berpandangan, pembangunan itulah yang menjadi hakikat Program Asas Syarikat Islam yang ke 4 dan ke 5 yaitu keadilan ekonomi dan persamaan hak, dan pembangunan ekonomi model itu pulalah yang menjadi hakikat pembangunan ekonomi Indonesia menurut Pancasila dan Pasal 33 UUD 1945, yaitu pembangunan ekonomi yang mewujudkan keadilan sosial.
Itulah ekonomi berkeadilan atau ekonomi kerakyatan. Untuk menciptakan keadilan ekonomi, harus ada intervensi negara, di mana negara harus melakukan distribusi ekonomi yang adil dan merata. Tidak bisa kita biarkan ekonomi bebas yang akan selalu dimenangkan oleh mereka yang kuat dan digdaya. Sebagai organisasi, Syarikat Islam memberikan dukungan penuh dengan memfokuskan program dakwahnya pada dakwah ekonomi, tentu dengan tidak meninggalkan dakwah pada aspek lainnya. Dakwah ekonomi adalah dakwah melalui pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan ekonomi umat, dan melakukan pengembangan dan pemberdayaan ekonomi melalui dakwah Islam. Untuk itu, Syarikat Islam harus fokus pada pengembangan ekonomi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah, optimalisasi wakaf, zakat, sedekah dan seluruh aspek filantropi Islam untuk kemajuan ekonomi umat. Syarikat Islam juga harus melakukan penguatan pada ekosistem ekonomi halal.
Kita juga menghadapi tantangan dalam bidang pemerataan kualitas pendidikan bagi rakyat. Ketimpangan kualitas pendidikan ini berbanding sama dengan ketimpangan ekonomi, karena itu terjadi ketimpangan kualitas pendidikan antara penduduk yang berpendapatan tinggi dengan penduduk yang berpendapatan rendah serta ketimpangan kualitas pendidikan antar wilayah di Indonesia antara kota dan desa antara Jawa dan luar Jawa antara Indonesia Barat dan Indonesia Timur. Ketimpangan tersebut harus menjadi perhatian negara terutama pemerintah. Selain itu kita juga menghadapi tantangan dalam bidang lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, bidang kesehatan, teknologi, industri dan lain lain.
Dalam bidang dakwah keagamaan, kita patut berbangga bahwa dakwah agama disenangi masyarakat kota, dalam forum-forum yang ekslusif bahkan sampai membayar karcis untuk masuk mendengarkan dakwah agama, melalui media televisi maupun media sosial. Bagi Syarikat Islam dakwah keagamaan adalah hal yang sangat mendasar – sine quod non- bagi seluruh warga dan kaum Syarikat Islam. Walaupun kita berfokus pada dakwah ekonomi, tetapi dakwah agama harus menjadi dasar dan landasan dalam dakwah ekonomi. Karena kita, Syarikat Islam keyakinan bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah Ta’ala untuk umat manusia, membawa kebahagiaan baik untuk hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Oleh karena itulah Syarikat Islam menempatkan Islam sebagai asasnya.
Namun demikian Syarikat Islam dengan tema persatuan umat dalam Program Asasnya, fokus pada pelaksanaan Al Quran dan Sunnah yang nyata sebagai dasar dakwahnya dengan memahami dan menghormati penuh bagian-bagian yang menjadi perbedaan antara mazhab dan pengikut mazhab. Syarikat Islam harus menjadi tempat yang nyaman bagi semua pengikut mazhab, dan tidak membesar-besarkan perbedaan. Perbedaan harus ditempatkan sebagai kekuatan rahmat bagi organisasi. Pemahaman Islam kaum Syarikat Islam haruslah lengkap dan utuh pada pelaksanaan Islam seluas-luas dan sedalam-dalamnya, karena kita berkeyakinan seperti kata HOS Tjokroaminoto “Islam adalah kebudayaan dalam arti Islam harus melahirkan kebudayaan yang agung, yaitu budaya kejujuran, menepati janji, taat hukum, beretika dan akhlak yang tinggi, menjauhi perbuatan curang dan korupsi, menjauhi perbuatan munkar, disiplin serta mengembangkan budaya keilmuan yang tinggi.
Tentu sebagai organisasi kemasyarakatan, tidak semua tantangan itu menjadi fokus kegiatan Syarikat Islam, dan tidak mungkin kita melakukan semuanya. Negara sebagai epicentrum pembangunan haruslah yang terdepan, organisasi kemasyarakatan dan civil society memperkuatnya sebagai bentuk partisipasi dalam membangun bangsa dan negara yang kita cintai. Mari kita, Kaum Syarikat Islam fokus berpartisipasi pada dakwah di bidang ekonomi, tentu dengan tidak meninggalkan dakwah pada aspek lainnya.
Kata kunci dari niat dan kehendak kita untuk memajukan organisasi Syarikat Islam adalah melakukan transformasi secara terus menerus, konsisten dan istiqamah. Transformasi adalah upaya pembaharuan organisasi melalui pembaharuan visi, misi, aktivitas dan kegiatan organisasi yang selalu disesuaikan dengan tantangan masa. Dengan dasar itulah, Syarikat Islam sekarang melakukan transformasi besar-besaran dalam bidang visi dan misi, tata kelola serta kegiatan dan aktivitas berorganisasi.
