![]() |
مجلس الحديث النبويّ الشريف
MAJELIS KAJIAN HADITS BERSAMA ZULKIFLI ZAKARIA
DI RUMAH SAKIT TAMAR MEDICAL CENTRE (TMC)
Jl. Basuki Rahmat No.1 Pariaman
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Bahasan Hadits Aqidah Tentang Jin
Rabu, 28 Jumadil Ula 1447 H / 19 November 2025 M
Teks Hadits:
773 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ هُوَ جَعْفَرُ بْنُ أَبِي وَحْشِيَّةَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: " انْطَلَقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي طَائِفَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ عَامِدِينَ إِلَى سُوقِ عُكَاظٍ، وَقَدْ حِيلَ بَيْنَ الشَّيَاطِينِ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ، وَأُرْسِلَتْ عَلَيْهِمُ الشُّهُبُ، فَرَجَعَتِ الشَّيَاطِينُ إِلَى قَوْمِهِمْ، فَقَالُوا: مَا لَكُمْ؟ فَقَالُوا: حِيلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ، وَأُرْسِلَتْ عَلَيْنَا الشُّهُبُ، قَالُوا: مَا حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ إِلَّا شَيْءٌ حَدَثَ، فَاضْرِبُوا مَشَارِقَ الأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا، فَانْظُرُوا مَا هَذَا الَّذِي حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ، فَانْصَرَفَ أُولَئِكَ الَّذِينَ تَوَجَّهُوا نَحْوَ تِهَامَةَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِنَخْلَةَ عَامِدِينَ إِلَى سُوقِ عُكَاظٍ، وَهُوَ يُصَلِّي بِأَصْحَابِهِ صَلاَةَ الفَجْرِ، فَلَمَّا سَمِعُوا القُرْآنَ اسْتَمَعُوا لَهُ، فَقَالُوا: هَذَا وَاللَّهِ الَّذِي حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ، فَهُنَالِكَ حِينَ رَجَعُوا إِلَى قَوْمِهِمْ، وَقَالُوا: يَا قَوْمَنَا: {إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا، يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ، فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا} [الجن: 2]، فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الجِنِّ} [الجن: 1] وَإِنَّمَا أُوحِيَ إِلَيْهِ قَوْلُ الجِنِّ "
Musaddad berkata kepada kami: Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah, dari Abu Bisyr—yaitu Ja‘far bin Abi Wahsyiyah—dari Sa‘id bin Jubair, dari Abdullah bin ‘Abbas radhiyallāhu ‘anhuma, ia berkata:
“Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam berangkat bersama suatu kelompok dari para sahabat beliau, menuju Sūq ‘Ukazh. Pada waktu itu, para syethan telah terhalangi dari memperoleh khabar langit, dan kepada mereka dikirimkan syuhub (panah-panah api).
Maka para syethan itu kembali kepada kaumnya. Mereka (kaumnya) berkata, ‘Apa yang terjadi pada kalian?’ Mereka menjawab, ‘Kami terhalang dari khabar langit, dan kepada kami dikirimkan syuhub.’
Mereka (kaum syethan) berkata, ‘Tidaklah sesuatu menghalangi kalian dari khabar langit kecuali ada suatu perkara yang telah terjadi. Maka jelajahilah penjuru timur dan barat bumi, lalu lihatlah apa yang menghalangi kalian dari khabar langit.’
Maka pergilah mereka. Dan sekelompok yang menuju arah Tihamah datang kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam yang saat itu berada di Nakhlah, sedang menuju ke Sūq ‘Ukazh, dan beliau sedang shalat Shubuh bersama para sahabatnya.
Ketika mereka (para jin) mendengar Al-Qur’an, mereka pun mendengarkannya dengan seksama. Mereka berkata, ‘Inilah—demi Allah—yang menghalangi kalian dari khabar langit!’
Saat itulah mereka kembali kepada kaumnya dan berkata:
{ إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا (1) يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا (2)} [الجن: 1، 2]
“Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengar bacaan Al-Qur’an yang menakjubkan; ia memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Maka kami beriman kepadanya, dan kami tidak akan mempersekutukan siapa pun dengan Rabb kami.”
(QS, al-Jinn: 2)
Maka Allah subhānahu wata’ālā menurunkan kepada Nabi-Nya shallallāhu ‘alaihi wasallam ayat:
{قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ} [الجن: 1]
“Katakanlah (wahai Muhammad): Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekelompok jin telah mendengarkan (Al-Qur’an)...”
(QS. al-Jinn: 1)
Dan yang diwahyukan kepadanya adalah ucapan para jin itu, bukan maknanya saja, tetapi lafaz mereka sebagaimana disebutkan dalam kisah ini.”
(HR. Al-Bukhārī, no. 773)
Pelajaran dari Hadits ini:
Hadits ini adalah salah satu fondasi awal dalam memahami aqidah Ahlus Sunnah tentang keberadaan jin.
Nakhlah (نخلة) adalah daerah antara Makkah dan Thā’if, tempat Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam pernah singgah dan melaksanan shalat Shubuh dalam kisah ini.
Sūq ‘Ukāzh (سوق عكاظ) adalah sebuah pasar tahunan terbesar bangsa Arab sebelum Islam, tempat berkumpulnya para penyair, pedagang, dan pemuka kabilah.
Sedangkan Tihāmah (تهامة) adalah daerah dataran rendah panas di pesisir barat Jazirah Arab (antara Makkah–Yaman). Sebagian jin dalam kisah ini datang dari arah Tihamah.
Hadits ini menggambarkan perubahan besar yang terjadi ketika Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wasallam diutus membawa wahyu. Sebelum kerasulan beliau, para syethan dapat mencuri berita langit. Namun sejak turunnya Al-Qur’an, Allah menjadikan langit terjaga dan para syethan dihujani syuhub. Perubahan ini membuat mereka berpencar menjelajahi bumi untuk mencari penyebabnya.
Sekelompok jin yang bergerak menuju arah Tihāmah tiba di daerah Nakhlah dan menemukan Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam sedang shalat Shubuh bersama para sahabat. Saat mendengar bacaan Al-Qur’an, mereka berhenti dan menyimak. Setelah mendengar keindahan dan petunjuk ayat-ayat itu, mereka berkata bahwa inilah penyebab tertutupnya khabar langit. Mereka kembali kepada kaumnya dan menyampaikan ayat-ayat yang Allah abadikan dalam QS. al-Jinn 1–2.
Lalu Allah menurunkan firman-Nya: {قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ}, yang menegaskan bahwa ucapan para jin itulah yang diwahyukan.
Hadits ini mengandung pelajaran aqidah yang besar:
1. Keberadaan jin adalah hakikat, ditegaskan dalam Al-Qur’an, Sunnah, dan ijma’ ulama.
2. Jin berakal dan mukallaf, mampu memahami dakwah dan memilih beriman atau kafir (QS. al-Jinn: 14–15).
3. Al-Qur’an menjadi sumber hidayah bagi seluruh makhluk, termasuk jin yang beriman setelah sekali mendengar bacaan.
4. Penjagaan langit dengan syuhub adalah tanda risalah Nabi, menunjukkan bahwa wahyu ini dijaga Allah subhānahu wata’ālā dari gangguan setan.
5. Jin dapat hadir tanpa disadari manusia, dan dapat mendengar bacaan Al-Qur’an ketika dibacakan dalam shalat.
6. Allah subhānahu wata’ālā menukil ucapan makhluk dalam Al-Qur’an, termasuk ucapan jin, sebagai hujjah dan pelajaran bagi manusia.
Peristiwa ini juga menjadi bukti bahwa Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam diutus kepada manusia dan jin sekaligus. Para jin yang beriman pada peristiwa ini kembali kepada kaum mereka untuk berdakwah, sebagaimana ditegaskan lagi dalam QS. al-Ahqāf: 29.
Maka hubungan manusia dengan jin dalam syariat bukan hubungan meminta bantuan atau bergantung, tetapi hubungan dakwah dan penyampaian wahyu.
Hadits ini sekaligus menunjukkan besarnya pengaruh Al-Qur’an: jika jin yang sekali mendengar langsung beriman, maka manusia lebih pantas tersentuh dan mendapatkan hidayah dengan bacaan yang sama. Ia juga mengajarkan bahwa risalah Nabi bukan hanya mengubah manusia, tetapi bahkan mengubah tatanan langit, sebagai penjagaan Allah subhānahu wata’ālā terhadap wahyu yang terakhir.
Tambahan dari hadits ini adalah penegasan bahwa jin beriman memahami hakikat tauhid sejak pertama kali mendengar Al-Qur’an. Ucapan mereka {وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا} menunjukkan bahwa mengenal Allah subhānahu wata‘ālā adalah fitrah seluruh makhluk, dan petunjuk Al-Qur’an menghidupkan kembali fitrah itu. Ini sekaligus menjadi bantahan terhadap segala bentuk hubungan yang tidak syar‘i dengan jin, karena jin yang beriman sendiri tunduk kepada tauhid dan menjauhi kesyirikan.
Wallāhu a’lam
