![]() |
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Sebagian calon jemaah umrah masih ada yang menolak vaksin meningitis dan polio. Alasannya beragam — ada yang khawatir soal kehalalan, ada yang merasa sehat dan tak perlu. Padahal, Pemerintah Arab Saudi mewajibkan vaksin tersebut sebagai syarat mutlak untuk memperoleh visa umrah, demi melindungi para tamu Allah dari penyakit menular yang bisa menyebar di tengah jutaan orang dari berbagai negara.
Namun yang lebih memprihatinkan, ada yang mencari jalan pintas dengan membeli surat vaksin palsu tanpa benar-benar divaksin. Inilah kedustaan yang mencederai niat suci menuju rumah Allah. Bagaimana mungkin seseorang ingin berangkat menunaikan ibadah ke Tanah Suci dengan cara yang penuh kebohongan di awal langkahnya?
Umrah bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan hati menuju kejujuran dan ketundukan kepada Allah. Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ عِندَ اللهِ صِدِّيقًا، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ»
“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Sedangkan dusta membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Berangkat dengan surat vaksin bodong bukan hanya menipu aturan manusia, tetapi juga menghinakan makna ibadah itu sendiri. Allah tidak menerima amal yang dibangun di atas dusta.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menegaskan bahwa vaksin meningitis dan polio untuk jemaah haji dan umrah hukumnya boleh, bahkan termasuk ikhtiar yang bernilai ibadah karena menjaga jiwa (hifzh an-nafs). Kaidah fiqh menegaskan:
الضَّرُورَاتُ تُبِيحُ الْمَحْظُورَاتِ
“Keadaan darurat membolehkan hal-hal yang semula terlarang.”
Maka, marilah kita bervaksin karena Allah, bukan semata karena aturan. Karena menjaga kesehatan diri dan orang lain adalah bagian dari amanah iman. Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda,
لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.”
(HR. Ibnu Mājah)
Bervaksinlah dengan niat ibadah, sebagai bentuk ketaatan dan kasih sayang terhadap sesama tamu Allah. Jangan biarkan kehati-hatian yang salah arah menjerumuskan kepada dosa kedustaan. Ke Tanah Suci bukan hanya membawa pakaian ihram dan visa, tetapi membawa hati yang jujur, tubuh yang sehat, dan niat yang lurus.
Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua untuk berangkat dengan cara yang diridhai-Nya, diterima amalnya, dan dikembalikan dengan hati yang lebih suci daripada saat berangkat.
Do'a Penutup
اللَّهُمَّ بَلِّغْنَا بَيْتَكَ الْحَرَامَ بِصِدْقٍ فِي النِّيَّةِ، وَسَلَامَةٍ فِي الْجَسَدِ، وَبَرَكَةٍ فِي كُلِّ خُطُوَةٍ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
Allāhumma ballighnā baytaka al-ḥarāma bishidqin fin-niyyah, wa salāmatin fil-jasad, wa barakatin fī kulli khuthwah, yā Arḥamar-Rāḥimīn.
*“Ya Allah, sampaikanlah kami ke rumah-Mu yang suci dengan niat yang jujur, tubuh yang sehat, dan keberkahan pada setiap langkah, wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.”*
Āmīn
Zulkifli Zakaria
Pariaman, Ahad, 20 Rabi'ul Akhir 1447 H / 12 Oktober 2025 M