![]() |
مجلس الحديث النبويّ الشريف
MAJELIS KAJIAN HADITS BERSAMA ZULKIFLI ZAKARIA
DI RUMAH SAKIT TAMAR MEDICAL CENTRE (TMC)
Jl. Basuki Rahmat No.1 Pariaman
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
BAHASAN HADITS TENTANG MENGIMANI AZAB KUBUR
Rabu, 25 Rabi’ul Awwal 1447 H / 17 September 2025 M
Teks Hadits:
2042 - حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ، قَرَأْتُ عَلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نَافِعٍ، أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا، وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ»
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Shalih, ia berkata: Aku membaca kepada ‘Abdullāh bin Nāfi‘, ia memberitahuku dari Ibnu Abī Dzi’b, dari Sa‘īd al-Maqburī, dari Abū Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata: Rasulullāh shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
«لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا، وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ»
“Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan, dan janganlah kalian jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan (‘Īd). Bershalawatlah kepadaku, karena sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku di mana pun kalian berada.”
(HR. Abu Dawud, no. 2042)
Pelajaran dari Hadits ini:
Hidupkan Rumah dengan Ibadah dan Jauhi Pengagungan Kuburan
Makna “Jangan Jadikan Rumah Kalian Seperti Kuburan” adalah sebagaimana dijelaskan dalam beberapa riwayat berikut.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallāhu ‘anhuma, dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam yang telah bersabda:
«صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ وَلَا تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا»
“Kalian lakukanlah shalat di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian memperlakukannya jadi kubur-kubur!”
(HR. Muslim, no. 777-209)
Maksudnya: jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan yang kosong dari ibadah. Kuburan tidak ditempati untuk shalat dan bacaan al-Qur’an. Maka rumah yang tidak diisi dzikir, doa, dan shalat sunnah akan menyerupai kuburan.
Dan dari Abu Musa radhiyallāhu ‘anhu, dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wasalam yang telah bersabda:
«مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيهِ، وَالْبَيْتِ الَّذِي لَا يُذْكَرُ اللهُ فِيهِ، مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ»
“Perumpamaan rumah yang di dalamnya disebut nama Allah (dengan dzikir, doa, dan bacaan Al-Qur’an) dengan rumah yang tidak disebut nama Allah di dalamnya adalah seperti perumpamaan orang hidup dengan orang mati.”
(HR. Muslim, no. 779-221)
Allah subhānahu wata’āla berfirman:
{وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى وَأَخِيهِ أَنْ تَبَوَّآ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (87)} [يونس: 87]
“Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya (Harun): ‘Ambillah untuk kaummu rumah-rumah di Mesir, dan jadikanlah rumah-rumahmu sebagai tempat menghadap kiblat, serta dirikanlah shalat, dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman.’”
(QS. Yūnus: 87)
Bani Israil diperintah menjadikan rumah mereka sebagai tempat ibadah ketika terhalang beribadah di masjid, sehingga rumah penuh dengan cahaya shalat. Dan menjadikan rumah sebagai kiblat dan tempat shalat adalah dalil syar’i sejak zaman Bani Israil.
Dan dari Aisyah radhiyallāhu ‘anhā, ia berkata: Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasalam bersabda:
" الْبَيْتُ الَّذِي يُقْرَأُ فِيهِ الْقُرْآنُ يَتَرَائى لِأَهْلِ السَّمَاءِ، كَمَا تَتَرَائَى النُّجُومُ لِأَهْلِ الْأَرْضِ "
“Sesungguhnya rumah yang dibacakan di dalamnya Al-Qur’an akan tampak (bersinar) bagi penduduk langit, sebagaimana bintang-bintang tampak (bersinar) bagi penduduk bumi.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman, 3/370)
Jangan jadikan kubur Nabi sebagai ‘Īd.
Makna “Jangan Jadikan Kuburanku sebagai Tempat ‘Īd” Kata “‘Īd” dalam bahasa Arab bermakna sesuatu yang selalu kembali dan dirayakan secara berkala.
Maka larangan ini adalah peringatan agar kaum muslimin tidak menjadikan ziarah ke kubur Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam sebagai ritual tahunan atau perayaan tertentu yang menyerupai perayaan agama.
Dan dari Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam, beliau berdoa:
" اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا "
“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai berhala (yang disembah)!”
" لَعَنَ اللَّهُ قَوْمًا اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ. "
“Allah telah melaknat suatu kaum yang menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid.”
(HR. Ahmad dalam Al-Musnad, 2/246)
Doa ini adalah bentuk tawadhu’ (sikap merendahkan diri) beliau kepada Allah subhānahu wata’āla, serta bimbingan agar umatnya tidak terjerumus ke dalam pengagungan kuburan yang berlebihan, sebagaimana yang terjadi pada umat terdahulu. Dan ini sekaligus peringatan terhadap praktik salah umat terdahulu. Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam sangat perhatian dengan umatnya, tidak hanya mengajarkan ibadah-ibadah praktis, tapi juga menjaga kemurnian akidah mereka dari sebab-sebab kesyirikan.
Poin terpenting dari hadits ini adalah penegasan bahwa Rasulullāh shallallāhu ‘alaihi wasallam tetap menerima shalawat dari umatnya, walaupun beliau telah wafat dan berada di dalam kuburnya. Karena Allah subhānahu wata‘āla telah memuliakan beliau dengan mengutus malaikat untuk menyampaikan setiap shalawat dan salam umatnya kepada beliau.
Dengan demikian, seorang muslim tidak perlu menjadikan kuburan Nabi sebagai ‘Īd, karena shalawat akan sampai kapan pun dan di mana pun ia berada. Inilah bentuk rahmat Allah bagi umat Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wasallam.
Wallāhu a’lam