![]() |
صَوْتٌ سَكَتَ وَصَدًى بَقِيَ
Bismillāhirraḥmānirraḥīm
Kabar Duka dari Gaza
Pada Sabtu, 30 Agustus 2025, dentuman bom mengguncang Gaza City, tepatnya di kawasan Rimal. Israel mengumumkan, serangan udara yang mereka lancarkan menewaskan Abu Ubaidah—juru bicara militer Hamas, suara lantang yang selama ini dikenal dengan topeng di wajahnya namun jelas di tutur katanya. Klaim itu segera menyebar luas di media internasional, diulang-ulang di berbagai saluran berita.
Namun, hingga pertengahan September 2025, sayap militer Hamas, Al-Qassam, belum mengeluarkan pernyataan resmi yang mengonfirmasi kabar itu. Diam mereka terasa penuh makna: mungkin karena strategi, mungkin karena waktu yang belum tepat. Sementara di sisi lain, lawan justru memekakkan telinga dengan kabar kemenangan.
Suara yang Tiba-tiba Senyap
Abu Ubaidah, yang disebut Israel bernama asli Hudhayfa al-Kahlout, bukan sekadar seorang juru bicara. Ia adalah suara kolektif jutaan rakyat Gaza. Dengan topeng menutupi wajahnya, ia berbicara mewakili perlawanan. Kini, jika kabar itu benar, suara itu terhenti. Tetapi apakah ia benar-benar padam, atau justru bergema di hati-hati yang mendengarnya?
Inilah hakikat sebuah perjuangan: manusia bisa dibungkam, namun ide, keyakinan, dan keberanian tak mudah dipadamkan.
Manusia di Balik Angka
Di balik angka korban yang masih simpang siur—antara lima hingga sebelas jiwa yang wafat, dengan sekitar dua puluh lainnya luka—kita belajar bahwa perang selalu menjadikan manusia sekadar angka. Padahal setiap angka adalah nama, wajah, keluarga, dan cerita.
Allah subhānahu wata‘āla mengingatkan:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Janganlah engkau mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.”
(QS. Āli ‘Imrān: 169)
Doa Nabi: Hidup Mulia, Mati Syahid
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallāhu ‘anhumā, Rasulullāh shallallāhu ‘alaihi wasallam pernah berdoa untuk Umar bin Khaththāb:
«اِلْبَسْ جَدِيدًا وَعِشْ حَمِيدًا وَمُتْ شَهِيدًا»
“Pakailah pakaian yang baru, hiduplah dengan terpuji, dan wafatlah dalam keadaan syahid.”
(HR. Ibnu Mājah, no. 3558)
Doa ini bukan hanya untuk Umar, tetapi sebuah pesan abadi bagi umat: kemuliaan sejati bukan sekadar pada pakaian dan rupa, melainkan pada hidup yang terhormat dan mati yang syahid.
Janji bagi Para Syuhada
Rasulullāh shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
«لِلشَّهِيدِ عِندَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ، وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ، وَيُزَوَّجُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ إِلَى أَهْلِهِ»
“Bagi orang yang syahid di sisi Allah ada enam keutamaan: diampuni sejak tetesan darah pertamanya, diperlihatkan tempatnya di surga, dilindungi dari azab kubur, aman dari ketakutan besar (pada hari kiamat), diberi mahkota kehormatan, dinikahkan dengan bidadari, dan diberi hak syafaat bagi tujuh puluh orang dari keluarganya.”
(HR. At-Tirmidzi, no. 1663; Ibnu Mājah, no. 2799; hasan shahih)
Hadits ini menjadi pelipur lara bahwa darah yang tumpah di jalan Allah tidak sia-sia, melainkan dibalas dengan kemuliaan yang besar di sisi-Nya.
Renungan
Apakah benar Abu Ubaidah telah wafat, ataukah ini sekadar manuver psikologis musuh? Waktu yang akan menjawab. Tetapi ada satu hal yang sudah pasti: di Gaza, di setiap puing rumah dan darah yang tumpah, ada ribuan jiwa yang mengajarkan arti kalimat Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam:
«سَيِّدُ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةُ، وَرَجُلٌ قَامَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ فَقَتَلَهُ»
“Pemimpin para syuhada adalah Hamzah, dan seorang lelaki yang berdiri menghadapi penguasa zalim lalu memerintahkan (kebaikan) dan melarang (kemungkaran), kemudian ia dibunuh.”
(HR. Al-Hākim, no. 4884, hasan)
Mungkin Abu Ubaidah hanyalah satu nama, tapi di belakangnya ada jutaan hati yang bertekad: hidup mulia, mati syahid.
Semoga Allah subhānahu wata‘āla menjadikan setiap darah yang tumpah di Gaza sebagai saksi kebenaran, mengangkat derajat mereka di sisi-Nya, dan menjadikan kita yang jauh ini tetap istiqamah dengan doa, dukungan, dan perjuangan di medan yang Allah titipkan kepada kita.
Āmīn
Senin, 23 Rabi‘ul Awwal 1447 H / 15 September 2025 M
Tulisan ini bisa diakses di http://mahadalmaarif.com