![]() |
Luttan Ulakani Tuanku Mudo, Khalifah ke 14 Syekh Burhanuddin. |
MU-ONLINE, -- Surau Gadang Tanjung Medan, merupakan surau bersejarah dan peninggalan langsung Syekh Burhanuddin. Di surau itu pula komplek Pesantren Luhur Syekh Burhanuddin, yang mengembangkan pendidikan surau sejak dari beliau hingga saat ini. Zaman Syekh Burhanuddin, bejibun banyak anak siak mengaji di situ. Bahkan, saat Surau Gadang dipimpin dan diasuh oleh Syekh Bonta, Surau Gadang masih memiliki nama yang keren.
Syekh Bonta merupakan Khalifah ke 13 setelah Syekh Burhanuddin. Peran Surau Gadang Tanjung Medan di tangan Syekh Bonta, cukup terbilang hebat. Dari ulama ini, lahir ulama dan pemimpin umat yang hebat-hebat pula.
Syekh Bonta terkenal alim dan malin. Mahir dengan fiqih, familiar dengan tasawuf. Kajian Tarekat Syattariyah-nya, seperti berbanding lurus dengan Syekh Burhanuddin, sang ulama hebat yang membawa langsung kajian itu dari Tanah Rencong, Aceh.
Tiga Sekawan
Luttan Ulakani Tuanku Mudo, Syekh Musa Tapakis dan Tuanku Kadhi Yusuf, adalah orang sekawan sepermainan sejak usia kecil. Tapi Luttan adalah putra dari Syekh Bonta. Anak biologis. Sementara, Syekh Musa Tapakis dan Tuanku Kadhi Yusuf adalah anak rohani Syekh Bonta.
Oleh Syekh Bonta, ketiga orang ini diberlakukan sama. Antara anak biologis dengan anak rohani, disamakan. Surau Gadang Tanjung Medan sedang menapaki masa kejayaan.
Dari mana-mana orang datang ke situ, mengaji dengan Syekh Bonta, Khalifah Syekh Burhanuddin. Luttan Ulakani, Syekh Musa dan Tuanku Kadhi Yusuf mulai merasakan kehadiran ilmu dalam dirinya. Dari mengaji dasar hingga menengah, terasa olehnya ingin pindah dari kampung, Tanjung Medan untuk keluar. Menambah ilmu, memperdalam kaji.
Sepertinya, tigak sekawan ini merasakan tak ada benih yang besar di persemaian. Benih ingin jadi padi yang berbuah lebat, harus diasak dari persemaian. Ketiganya menghadap dan menemui Syekh Bonta, bicara baik-baik, mengemukakan keinginannya untuk pindah mengaji.
Luttan Ulakani pindah ke Sampan, mengaji dengan Syekh H. Ungku Sidi Talua, Tuanku Kadhi Yusuf pindah ke Ujung Gunung, melanjutkan mengaji dengan Syekh Ungku Panjang, dan Syekh Musa Tapakis pindah ke Sasak, Pasaman Barat, mengaji dengan Syekh Muhammad Yunus.
Sampan. Surau Anjung tempat Syekh Ungku Sidi Talua mengajar. Terletak di Toboh Mandailing, berdekatan dengan Sampan. Sementara, rumah kediaman Ungku Sidi Talua ini di Sampan itu. Tapi sampai sekarang kalau menyebutkan Ungku Sidi Talua, tetap saja nama Sampan yang mengemuka.
Ungku Sidi Talua adalah ulama terkenal hebat, alim dan malin. Beliau asuhan dari Syekh Muhammad Yatim Mudiak Padang atau Ungku Ampalu. Di Sampan ini banyak pula orang mengaji yang kemudian menjadi ulama hebat tiba di kampung.
Salah satu ulama hebat yang lahir dan pernah mengaji di situ, tersebutlah nama Luttan Ulakani ini. Anak kandung dari Syekh Bonta, Khalifah Syekh Burhanuddin. Dari mengaji dengan Ungku Sidi Talua ini, Luttan Ulakani pindah pula mengaji ke Koto Tuo, Kabupaten Agam dengan Syekh Aluma.
Luttan Ulakani Tuanku Mudo, ibunya Sitti Ulud, asli Singguliang Lubuk Alung. Lahir 1913 wafat 1976. Dari Koto Tuo, beliau pulang kampung, kembali ke Tanjung Medan. Surau Gadang, tempat ayahnya, Syekh Bonta mengajar. Syekh Bonta juga lazim di tengah masyarakat Tanjung Medan: Ungku Tuo dan anaknya, Luttan Ulakani Tuanku Mudo.
40 tahun lamanya Luttan Ulakani ini mengabdi, mengajar dan menjalankan fungsi ke khalifahnya di Tanjung Medan, Surau Gadang. Yakni dari tahun 1936 hingga 1976. Rentang waktu 40 tahun itu, Tanjung Medan boleh dibilang "kampung santri". Dari berbagai pelosok anak siak mengaji. Ratusan banyaknya, membuat Surau Gadang tak pernah sepi dari anak siak.
Masyarakat datang berziarah juga banyak ke situ. Luttan Ulakani Tuanku Mudo adalah Khalifah ke 14 Syekh Burhanuddin. Lazim pula saat masyarakat Basapa ke Ulakan, mengambil kaji dan berbaiat dengan Luttan Ulakani ini. Tepatnya saat Basapa Ketek. Subuh Kamis, usai Basapa Ketek itu, adalah wirid silaturahmi, pertemuan seluruh anak cucu dari Syekh Bonta. Sampai sekarang, wirid itu terus berjalan, sesuai waktu dan ketentuan.
Keluarga
Luttan Ulakani Tuanku Mudo adalah Khalifah ke 14 setelah Syekh Burhanuddin. Beliau anak dari Syekh Bonta, dari istrinya Sitti Ulud asal Singguliang Lubuk Alung. Lebih kurang 40 tahun memimpin Surau Gadang Tanjung Medan, sekaligus menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai Khalifah Syekh Burhanuddin, yakni melayani masyarakat, memberikan ijazah Tarekat Syattariyah, ketika masyarakat mendatanginya.
Sampai akhir hayatnya, Luttan Ulakani memiliki 19 istri dan 29 anak. Istrinya ada di Tampuniak, Singguliang Lubuk Alung, Pasie Laweh Lubuk Alung, Pasa Usang, Parit Malintang, Binuang, Pauh Kambar, Pungguang Ladiang, Sungai Ibua, Sungai Gimba, Gunuang Basi, Gadua, Kampung Rimbo, Lantak Mingkudu, Tanjung Medan, Koto Panjang.
Sementara, pasca wafatnya Luttan Ulakani, maka kekhalifahan diberikan ke anaknya, Syahril Luttan Tuanku Kuniang. Bermula dari pesan Luttan Ulakani saat sakit-sakitan ke Tuanku Mudo Josan soal yang akan menggantikannya.
Setelah menujuh hari, datanglah Tuanku Mudo Josan ke Syahril Luttan Tuanku Kuniang, langsung membicarakan kelanjutan Khalifah. Maka diputuskan, bahwa Khalifah ke 15 setelah Syekh Burhanuddin, diberikan kepada Syahril Luttan Tuanku Kuniang.
Referensi:
1. Wawancara dengan H. Syahril Luttan Tuanku Kuniang, Rabu 27 Agustus 2025 di Gunuang Basi, Pauh Kambar, Kecamatan Nan Sabaris.
2. Wawancara dengan Amsaidi Luttan Tuanku Khalifah, Rabu 27 Agustus 2025 di Gunuang Basi.