![]() |
الْأَمْوَالُ نِعْمَةٌ أَمْ فِتْنَةٌ؟
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm
Realitas yang Menggugah Hati
Beberapa hari terakhir, kita menyaksikan suasana negeri yang dikejutkan oleh kekacauan hingga penjarahan rumah-rumah tokoh kaya. Fenomena ini menggoreskan luka sosial yang dalam. Ada orang-orang kaya yang hidup berlimpah, bahkan sebagian di antara mereka gemar memamerkan kemewahan di ruang publik dan media sosial. Tidak sedikit pula yang sedang menduduki jabatan basah, hingga memunculkan prasangka: “Jangan-jangan kekayaan itu didapat dari jalan yang haram atau hasil korupsi?”
Sementara itu, banyak dari rakyat kecil yang hidup dalam kesempitan. Uang di tangan mereka hanya cukup untuk sekadar bertahan hidup, bahkan sering kali tidak mampu menutup kebutuhan dasar keluarganya.
Peringatan dari Al-Qur’an
Allah Subḥānahu wata‘ālā telah memperingatkan dalam firman-Nya:
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ ١
الَّذِي جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ ٢
يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ ٣
كَلَّا ۖ لَيُنبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ ٤
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ ٥
نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ ٦
الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ ٧
إِنَّهَا عَلَيْهِم مُّؤْصَدَةٌ ٨
فِي عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ ٩
1. Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela,
2. yang menimbun harta dan menghitung-hitungnya,
3. ia mengira bahwa hartanya akan membuatnya kekal,
4. sekali-kali tidak! Sungguh, ia benar-benar akan dilemparkan ke dalam al-Huthamah,
5. Dan tahukah engkau apa al-Huthamah itu?
6. Yaitu api Allah yang menyala-nyala,
7. yang menjangkau sampai ke dalam hati,
8. sungguh api itu ditutup rapat atas mereka,
9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.”
(QS. Al-Humazah: 1–9)
Penjarahan adalah Kerusakan Sosial
Peristiwa penjarahan menunjukkan bagaimana satu tindakan buruk bisa menular cepat. Ada satu orang yang berani membuka pintu rumah orang kaya, lalu yang lain ikut-ikutan, bagaikan banjir yang meluap tanpa kendali. Pemilik rumah hanya bisa pasrah, sementara rasa aman masyarakat runtuh seketika. Inilah akibat dari ketidakadilan sosial yang dipupuk oleh kesombongan sebagian orang kaya dan keserakahan segelintir pihak yang tak sabar.
Peringatan Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam
Dari Jarir bin Abdullah radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata:
Kami berada di awal siang bersama Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam. Lalu datanglah sekelompok orang yang tidak berpakaian layak, hanya mengenakan kain tipis dari kulit hewan atau selimut kasar, membawa pedang, kebanyakan dari kabilah Mudhar, bahkan semuanya dari Mudhar. Maka berubah wajah Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam karena melihat kondisi mereka yang sangat miskin. Beliau kemudian masuk (ke rumahnya), lalu keluar, lalu memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan adzan dan iqamah. Beliau shalat, kemudian berkhutbah seraya bersabda:
"Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu … hingga firman-Nya: 'Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kalian.'
Dan ayat lain di akhir surat al-Hasyr: 'Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah dipersiapkannya untuk hari esok.'”
Kemudian beliau bersabda: “Hendaklah seseorang bersedekah dari dinarnya, dari dirhamnya, dari pakaiannya, dari satu sha‘ gandumnya, dari satu sha‘ kurmanya — bahkan (beliau bersabda) walaupun hanya dengan separuh butir kurma.”
Lalu datang seorang dari kaum Anshar membawa satu ikatan besar (harta sedekah) hingga tangannya hampir tidak mampu mengangkatnya, bahkan benar-benar tidak sanggup. Kemudian orang-orang pun terus mengikuti (bersedekah), hingga aku melihat dua tumpukan besar berupa makanan dan pakaian. Hingga aku melihat wajah Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam berseri-seri seakan-akan berkilauan.
Lalu Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا، وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يُنْقَصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا، وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يُنْقَصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ».
"Barangsiapa memulai dalam Islam suatu sunnah yang baik, maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa memulai dalam Islam suatu sunnah yang buruk, maka ia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun."
(HR.Muslim, no. 1017)
Hadits ini seakan menggambarkan pelaku pertama penjarahan: ia bukan hanya menanggung dosanya sendiri, tetapi juga dosa semua orang yang menirunya.
Refleksi Kekinian
Di zaman ini, fenomena penumpukan harta dan sikap saling merendahkan bukan hanya terjadi di pasar atau jalanan, tetapi juga di dunia maya. Media sosial dipenuhi dengan pamer kemewahan, kesombongan, dan cibiran. Inilah wajah baru dari humazah dan lumazah.
Kita perlu sadar, bahwa di balik layar ponsel ada hati-hati yang terluka, ada jiwa-jiwa yang makin tertekan. Rasa iri dan dengki bisa memicu kezaliman sosial, bahkan memancing kerusuhan dan penjarahan.
Karena itu, suatu kemestian kita kembali kepada pesan agung Al-Qur’an: harta hanyalah titipan, ia bukan jaminan umur panjang, bukan pula ukuran kemuliaan. Kemuliaan sejati ada pada taqwa, kejujuran, dan keadilan.
Penutup
Semoga kita terhindar dari sifat sombong, menghina, dan menumpuk harta tanpa peduli hak orang lain. Jadilah kita umat yang menebar kebaikan, bukan yang memulai keburukan.
(QS. Al-Humazah: 1–9)
Madinah al-Munawwarah, Senin, 9 Rabi‘ul Awwal 1447 H / 1 September 2015 M
Tulisan ini bisa diakses di http://mahadalmaarif.com