![]() |
عَرَقُ التَّعَبِ وَصَبْرُ الْحَيَاةِ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Di Balik Roda Kehidupan
Aku sering, bila melihat orang bekerja dengan penuh peluh dan kesulitan, entah tukang ojek atau tukang becak, hati ini berkata lirih, “Alangkah payah profesi beliau. Sepertinya aku tak mampu seperti dia.”
Terlebih bila sosok itu seorang wanita. Bisik hati pun muncul, “Sekiranya istriku berada pada posisi wanita tersebut? Tentu istriku takkan kuat menanggungnya.”
Siang tadi, selepas mengajar di pesantren, beberapa kilometer setelahnya, ketika berada di jalan raya yang di kiri kanan ada persawahan luas, pandanganku tertuju pada sebuah becak sayur yang dikendarai seorang wanita sederhana. Motor tua menopang gerobak kayu yang sarat dengan sayur, bumbu, dan kebutuhan rumah tangga. Seketika suara hati itu kembali berbisik, “Alangkah berat kehidupan wanita ini. Bagaimana dia menata waktu? Mengurus anak, melayani suami, mengurus dapur, dan tugas rumah lainnya? Sekiranya dia punya suami, betapa besar pengorbanannya. Jika dia seorang janda dengan anak-anak, betapa sibuk dan resah pikirannya tiap hari.”
Kehidupan yang Mengajarkan Kesabaran
Islam mengajarkan bahwa peluh yang dicurahkan untuk menafkahi diri dan keluarga adalah ibadah di sisi Allah. Dari Al-Miqdam radhiyallāhu ‘anhu bawa Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
«مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ، خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ»
“Tidaklah seseorang pernah memakan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri, dan sungguh Nabi Allah Dawud ‘alaihis salam dahulu makan dari hasil kerja tangannya sendiri.”
(HR. al-Bukhārī dalam Shahih-nya, no. 2072)
Wanita itu, dengan segala peluh dan letihnya, sedang menulis pahala yang besar. Bukan hanya untuk perut yang kenyang, tetapi juga untuk menjaga kehormatan diri dan anak-anaknya.
Kekuatan di Balik Kelemahan
Sering kita berpikir bahwa kekuatan hanya milik mereka yang bertubuh tegap dan berpenghasilan besar. Namun kenyataannya, kekuatan sejati justru kerap tampak pada pundak-pundak rapuh seorang ibu yang tak kenal menyerah. Dengan pakaian sederhana, ia mengendarai becak sayur menyusuri jalanan aspal. Sementara matahari membakar kulit dan angin sawah menyapu wajahnya, hatinya tetap teguh demi kelangsungan hidup anak-anaknya.
Di tengah perjalanannya dari kampung ke kampung, dari gang ke gang, aku pun merenung, “Betapa sulitnya seorang wanita seperti itu menjaga aurat agar tetap tertutup dengan sempurna, sambil terus bergerak di bawah terik matahari.”
Aku teringat, bagaimana pula ia menjaga shalat lima waktu? Bagaimana ia menyempatkan diri berhenti, mengambil wudhu, dan menegakkan shalat tepat waktu di tengah kesibukan jualan? Alangkah kuat imannya, bila di balik kesibukan itu ia masih bisa menjaga tahajjudnya di sepertiga malam dan meluangkan waktu untuk membaca Al-Qur’an dengan tenang.
Biasanya, selepas shalat Subuh orang-orang seperti dia sudah berada di pasar pagi, menyiapkan bahan jualan untuk dibawa berkeliling demi mengais rezeki. Dari situ aku semakin sadar, ada kekuatan luar biasa yang Allah titipkan pada kaum ibu.
Betapa benarnya firman Allah subhānahu wata’āla:
{إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6) } [الشرح: 6، 7]
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. al-Insyirah: 6)
Ayat ini bukan hanya janji, tetapi nyata terlihat pada kehidupan mereka. Walau berat, ada saja jalan yang Allah bukakan. Walau sempit, ada saja rezeki yang Allah sisipkan.
Pelajaran untuk Kita
Hidup mereka seakan berteriak, “Jangan menyerah!” Meski tubuh letih, mereka tetap berputar di roda kehidupan, karena ada perut yang harus diisi, ada masa depan anak yang harus diselamatkan.
Maka aku berkata pada diriku sendiri, “Belajarlah dari mereka. Jangan meremehkan profesi apa pun. Jangan merasa engkau paling berat diuji, sebab di luar sana ada yang lebih getir dan lebih sabar menjalani.”
Rezeki dalam Jaminan Ar-Razzāq (Maha Pemberi Rezeki)
Rukun iman yang keenam menenangkan kegundahanku. Sang Pencipta telah mengatur segala sesuatu terkait makhluk-Nya. Semua makhluk telah Dia jamin kebutuhannya. Dia berfirman:
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (6)} [هود: 6]
“Dan tidak ada satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan Allah-lah yang menjamin rezekinya. Dia mengetahui tempat tetapnya dan tempat penyimpanannya. Semua itu tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”
(QS. Hūd: 6)
Doa untuk Pekerja yang Letih
اللَّهُمَّ بَارِكْ لِكُلِّ عَامِلٍ يَتْعَبُ فِي طَلَبِ الْحَلَالِ، وَاجْعَلْ كَدَّهُ فِي مِيزَانِ حَسَنَاتِهِ، وَاحْفَظْ أَهْلَهُ وَذُرِّيَّتَهُ، وَارْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ، وَاخْلُفْ عَلَيْهِ بِرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
Allāhumma bārik likulli ‘āmilin yat‘abu fī thalabi al-ḥalāl, waj‘al kaddahu fī mīzāni ḥasanātih, waḥfazh ahlahu wa dzurriyyatah, warzuqhu min ḥaytsu lā yaḥtasib, wakhluf ‘alaihi biraḥmatika wa fadhlika yā Arḥama ar-Rāḥimīn.
“Ya Allah, berkahilah setiap pekerja yang letih dalam mencari rezeki halal. Jadikanlah jerih payahnya sebagai timbangan kebaikan baginya. Lindungilah keluarga dan keturunannya. Karuniakanlah rezeki dari arah yang tak disangka-sangka, dan gantilah lelahnya dengan rahmat serta karunia-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Āmīn yā Rabbal-‘ālamīn.
Pariaman, 25 Shafar 1447 H / 19 Agustus 2025 M
Tulisan ini bisa diakses di: http://mahadalmaarif.com