![]() |
مجلس الحديث النبويّ الشريف
MAJELIS KAJIAN HADITS BERSAMA ZULKIFLI ZAKARIA
DI RUMAH SAKIT TAMAR MEDICAL CENTRE (TMC)
Jl. Basuki Rahmat No.1 Pariaman, Telp (0751) 93277-WA +62823-9204-3467
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Rabu, 1 Dzulhijjah 1446 H / 28 Mei 2025 M
PERTEMUAN 15 : TIDAK ADA SEORANG NABI PUN ANTARA BELIAU DENGAN ISA ‘ALAIHIS SALĀM
Teks Hadits:
3442 - حَدَّثَنَا أَبُو اليَمَانِ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِابْنِ مَرْيَمَ، وَالأَنْبِيَاءُ أَوْلاَدُ عَلَّاتٍ، لَيْسَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ»
Abu Al-Yamān telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang mengatakan bahwa) Syu’aib telah menyampaikan kabar kepada kami, dari Az-Zuhri, (yang mengatakan bahwa) Abu Salamah bin ‘Abdurrahmān telah menyampaikan kabar kepadaku bahwa Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu mengatakan, “Aku telah mendengar Rasulullāh shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda,
«أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِابْنِ مَرْيَمَ، وَالأَنْبِيَاءُ أَوْلاَدُ عَلَّاتٍ، لَيْسَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ»
“Aku adalah orang yang paling berhak terhadap Isa bin Maryam. Para nabi itu bersaudara seayah (namun berlainan ibu). Tidak ada nabi antara aku dan dia (Isa bin Maryam).”
(Teks HR. Al-Bukhāri no. 3442)
Petikan Pelajaran:
Allah subhānahu wata’āla berfirman:
{وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ (6)} [الصف: 6]
“Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata.”
(QS. Ash-Shaff: 6)
Ibnu Katsīr rahimahullāh menjelaskan:
“Artinya: Taurat telah memberi kabar gembira tentangku, dan aku adalah kenyataan dari apa yang diberitakan oleh Taurat. Dan aku juga adalah pemberi kabar gembira tentang siapa yang akan datang setelahku, yaitu Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca-tulis), orang Arab, dari Makkah, bernama Ahmad. Maka Isa ‘alaihis salām — yang merupakan penutup para nabi dari Bani Israil — telah berdakwah di tengah-tengah Bani Israil sambil menyampaikan kabar gembira tentang kedatangan Muhammad, yang juga bernama Ahmad, penutup para nabi dan rasul. Tidak ada risalah setelah beliau dan tidak ada kenabian lagi.
Sungguh indah apa yang dibawakan oleh Imam Al-Bukhāri dalam hadits yang diriwayatkannya, bahwa:
Telah menceritakan kepada kami Abu al-Yamān, telah menceritakan kepada kami Syu’aib, dari az-Zuhri, ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Jubair bin Muth’im, dari ayahnya, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama: Aku adalah Muhammad, dan aku adalah Ahmad, dan aku adalah al-Māḥī (yang dengannya Allah menghapus kekufuran), dan aku adalah al-Ḥāsyir (yang manusia akan dikumpulkan setelahku), dan aku adalah al-‘Āqib (penutup)."
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dari az-Zuhri dengan redaksi yang serupa.”
(Tafsir Ibnu Katsīr, Kairo, Al-Maktabah al-Islamiyah, th. 1438 H/ 2017 M, 7/235-236)
Ibnu Hajar Al-‘Asqalāni rahimahullāh menjelaskan:
“Ucapan Nabi: "Aku adalah orang yang paling berhak terhadap Isa putra Maryam" — dalam riwayat ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amrah dari Abu Hurairah disebutkan dengan redaksi: “terhadap Isa bin Maryam di dunia dan di akhirat”.
Maksudnya: beliau adalah orang yang paling dekat dan paling khusus hubungannya dengan Nabi Isa, karena Isa telah memberikan kabar gembira bahwa akan datang seorang nabi sesudahnya (yaitu Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wasallam).
Al-Kirmani berkata: “Upaya mengkompromikan antara hadits ini dan firman Allah subhānahu wata’āla:
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ
“Sesungguhnya orang yang paling berhak terhadap Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya, dan Nabi ini…” adalah dengan memahami bahwa hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wasallam adalah yang diikuti (matbū‘), sementara ayat menunjukkan bahwa beliau adalah pengikut (tābi‘).”
Demikian menurut Al-Kirmani.
Namun sebenarnya, alur hadits ini sama dengan alur ayat tersebut, sehingga tidak ada dalil yang mengharuskan membedakan keduanya seperti itu.
Yang benar adalah bahwa tidak ada pertentangan antara keduanya sehingga harus dicari jalan kompromi. Sebagaimana Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling berhak terhadap Nabi Ibrahim dari sisi kuatnya keteladanan terhadapnya, begitu pula beliau adalah orang yang paling berhak terhadap Nabi Isa dari sisi dekatnya masa (jarak waktu) dengan beliau.
Ucapan Nabi: “Para nabi adalah anak-anak ‘allāt (علات)” — dalam riwayat ‘Abdurrahman yang disebutkan tadi berbunyi:
“Para nabi adalah saudara se-‘allāt.” Dan kata ‘allāt dengan huruf “ha” yang difathah (مَهْمُولَةٍ مفتوحة), berarti: istri-istri yang dimadu (istri kedua dan seterusnya).
Asalnya, seseorang yang menikahi satu perempuan lalu menikah lagi dengan perempuan lain, maka seolah-olah ia ta‘alla darinya (mencari ganti), dan kata ‘alal berarti minum setelah minum.
Anak-anak ‘allāt adalah saudara-saudara seayah namun dari ibu-ibu yang berbeda. Hal ini dijelaskan secara tegas dalam riwayat ‘Abdurrahman: “dan ibu-ibu mereka berbeda, namun agama mereka satu.”
(Fath Al-Bāri Syarah Shahīh Al-Bukhāri, Beirut, Dar Al-Ma’rifah, th. 1379 M, 6/489)
Maknanya adalah: para nabi itu sepakat dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan akidah, yang disebut sebagai pokok-pokok agama, seperti tauhid dan iman. Namun mereka berbeda dalam perkara-perkara yang bersifat amaliyah, yaitu masalah-masalah fikih. Sebagaimana anak-anak seayah (anak-anak ‘allāt) itu ayahnya satu walaupun ibu mereka berbeda-beda.
Dan dalam hadits ini terdapat penjelasan bahwa tidak ada nabi yang diutus di antara Nabi Allah ‘Isa ‘alaihis salām dan Nabi kita Muhammad shallallāhu ‘alaihi wasallam.
Wallaahu a’lam