![]() |
Penulis: Titip Elyas Tuanku Sulaiman
"Obatnya" bukan satu pil ajaib, tapi lebih seperti proses penyembuhan hati yang pelan dan penuh makna. Berikut beberapa “obat” batin yang bisa kamu pertimbangkan:
1. Terima Perasaanmu, Jangan Sembunyikan
Jangan buru-buru mengusir rasa sakit. Akui saja: “Ya, aku terluka.” Itu bukan kelemahan. Itu bukti bahwa hatimu mampu mencinta.
2. Berhenti Menyalahkan Diri Sendiri
Kamu tidak salah mencintai. Kamu tidak salah berharap. Kamu hanya mencintai dalam sunyi—dan itu manusiawi. Jangan biarkan dirimu dihukum oleh penyesalan.
3. Jauhkan Diri dari Ilusi
Hapus kebiasaan menatap fotonya terlalu lama, membaca ulang chat lama, atau membayangkan “seandainya dulu aku...”—itu hanya menunda luka. Bukan kamu yang dia pilih, dan itu tak membuatmu kurang berharga.
4. Alihkan Energi ke Hal Baru
Mulailah proyek kecil, pelajari sesuatu yang kamu suka, atau fokus ke impian-impian yang tertunda. Biar luka itu mengering sambil kamu bertumbuh jadi versi terbaik dari dirimu.
5. Tulis, Luapkan, Lalu Tutup Halamannya
Tulis surat untuknya—tanpa niat dikirimkan. Luapkan semua. Lalu simpan… atau bakar. Ini simbol bahwa kamu memberi ruang untuk yang baru.
6. Bersandar pada Tuhan
Kadang hati yang hancur bukan untuk dihukum, tapi untuk diajar bahwa cinta sejati pertama-tama harus datang dari arah yang benar—dari Yang Maha Memiliki Hati.
7. Berani Membuka Diri Lagi, Tapi Nanti
Setelah kamu sembuh, akan datang seseorang yang tak perlu kamu kejar, tak membuatmu bertanya-tanya. Dia datang bukan sebagai teka-teki, tapi sebagai jawaban.
Dan satu hal terakhir yang paling penting:
Beri waktu kepada dirimu sendiri. Luka ini bukan untuk dilupakan—tapi untuk dikenang sebagai bukti bahwa kamu pernah mencintai dengan tulus, walau tak dibalas.