![]() |
Oleh Prof. Mukhtar Latif
A. Pendahuluan
Kehadiran Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), telah mewarnai kehidupan keumatan dan kebangsaan Indonesia. Baik di sektor pendidikan, dakwah dan sosial ekonomi, terlebih spirit perjuangan melepaskan diri dari kolonial menjadi negeri yang merdeka, yaitu kemerdekaan Indonesia.
Perti yang berawal dari afiliasi MTI Canduang, yang didirikan pada 5 Mei 1928 oleh Syekh Sulaiman ar-Rasuli, yang juga menjadi cikal bakal lahirnya jaringan MTI di Sumatera Barat, bahkan di seluruh tanah air, yang hanya dalam tempo dua tahun yakni tahun 1930, sudah mencapai jumlah 124 MTI.
Perkembangan yang sangat cepat ini, mengindikasikan betapa masyarakat ingin melepaskan diri dari penjajahan dan ingin cerdas lepas dari pendidikan kolonial yang membodohkan dan merendahkan derajat masyarakat Indonesia.
B. Madrasah dan Surau
1. Madrasah
Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia yang memiliki peran penting dalam mengembangkan ajaran Islam dan mencetak ulama-ulama besar.
Madrasah adalah lembaga pendidikan Islam yang lebih terstruktur dan memiliki kurikulum yang lebih luas. Meskipun tidak disebutkan secara spesifik dalam sumber yang sama tentang madrasah, kita bisa memahami bahwa madrasah berkembang sebagai lembaga pendidikan Islam yang lebih modern, sistematis dan adaptasi.
2. Surau
Surau adalah lembaga pendidikan Islam yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Awalnya, surau berfungsi sebagai tempat ibadah, pendidikan, dan tempat berkumpulnya anak laki-laki. Surau juga menjadi tempat penyiaran agama Islam dan memiliki peran penting dalam mencetak para ulama besar Minangkabau.
Dalam sejarahnya, surau berfungsi antaranya: tempat ibadah dan pendidikan tempat berkumpulnya anak laki-laki (perempuan), tempat penyiaran agama Islam, lembaga pendidikan tradisional dengan sistem halaqah.
Dalam konteks hari ini, surau sangat strategis menjadi spirit dan simbol pembelajaran dan pendidikan ke Islaman yang menjadi daya rekat dan daya ungkit pendidikan yang di ajarkan di madrasah dan pesantren.
Beberapa spirit metode yang dilakukan di surau, antara lain, mengajarkan Al-Qur'an dan hadis, ilmu-ilmu keislaman lainnya dari kitab kuning. Dengan menggunakan metode hafalan dan praktek, penekanan pada aspek hafalan dan kemampuan memahami.
Pembelajaran inilah yang di modifikasi dan dimetafora menjadi pendidikan ke Islaman modern dalam perspektif era digital.
Meski secara konsep Tarbiyah menggunakan istilah Madrasah, namun pesantren adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan madrasah di lingkungan Perti.
Dalam konteks pendidikan Islam di Indonesia, Surau, Madrasah, Pesantren, dan meunasah memiliki peran penting dalam mengembangkan ajaran Islam dan mencetak ulama-ulama besar. Masing-masing lembaga memiliki karakteristik dan metode pendidikan yang unik, namun semuanya bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang berbasis qur'ani dan kitab-kitab klasik atau kitab kuning.
C. Transformasi Perti di Era Digital
Transformasi Perti di era digital berbasis surau dapat dilakukan dengan beberapa strategi. Pertama, digitalisasi surau. mengembangkan platform digital untuk surau, seperti website atau aplikasi, untuk memfasilitasi akses informasi dan kegiatan keagamaan. Kedua, Konten Digital. Membuat konten digital yang relevan dengan kegiatan Perti, seperti video, podcast, atau artikel, untuk mempromosikan nilai-nilai Islam dan kegiatan Perti. Ketiga, Sosial Media. Menggunakan sosial media untuk mempromosikan kegiatan Perti dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai Islam. Keempat, E-Learning. Mengembangkan platform e-learning untuk memfasilitasi pembelajaran Islam secara online. Kelima, Kegiatan Online: Mengadakan kegiatan online, seperti kajian online atau diskusi online, untuk memfasilitasi interaksi antara anggota Perti dan masyarakat. Keenam, Kerja Sama Digital. Mengembangkan kerja sama dengan organisasi lain atau lembaga digital untuk meningkatkan efektivitas kegiatan Perti.
Dengan melakukan transformasi digital berbasis madrasah dan surau, Perti dapat meningkatkan produktivitas dan efektivitasnya di tengah belantika dan kompetisi pendidikan Islam dan ormas lainnya di tanah air bahkan secara global
Transformasi digitalisasi Perti adalah sebuah keniscayaan akan keberadaannya, agar memiliki keberdayaan dan keunggulan bersaing utamanya dalam menjaga marwah historis Perti yang merupakan afiliasi madrasah yang dilocuskan pada pendidikan Islam (MTI), selain sebagai ghirah yang membangun gairah dan kesadaran inovasi Perti, akan nilai-nilai Islam yang didukung oleh digitalisasi dalam perspektif kekinian dan ke masa depan.
Lombok, 5 Mei 2025.
Wk. Ketua PP Perti