![]() |
Oleh: Hendra Tuanku Bandaharo Panjang
Qaidah:
لا ثواب إلا بنية.
Niat adalah induk semua amal. Niat menentukan amalan seseorang apakah tergolong amalan akhirat atau amalan dunia, apakah akan memperoleh pahala atau tidak.
Dalil:
Sabda Nabi saw.
اْلغَزْوُ غَزْوَانِ فَأَمَّا مَنِ ابْتَغَى وَجْهَ اللهِ وَ أَطَاعَ اْلإِمَامَ وَ أَنْفَقَ اْلكَرِيْمَةَ وَ يَاسَرَ الشَّرِيْكَ وَ اجْتَنَبَ اْلفَسَادَ فَإِنَّ نَوْمَهُ وَ نَبْهَهُ أَجْرٌ كُلُّهُ وَ أَمَّا مَنْ غَزَا فَخْرًا وَ رِيَاءًا وَ سُمْعَةً وَ عَصىَ اْلإِمَامَ وَ أَفْسَدَ فىِ اْلأَرْضِ فَإِنَّهُ لَمْ يَرْجِعْ بِاْلكَفَافِ
Berperang itu ada dua macam. Adapun orang yang berperang karena mencari ridha Allah, mentaati imam, menginfakkan harta berharganya, memberi kemudahan kepada kawannya, dan menjauhi kerusakan, maka seluruh tidur dan jaganya terhitung berpahala. Adapun orang yang berperang karena kebanggaan, riya’ dan sum’ah, menentang pemimpin, dan membuat kerusakan di muka bumi, maka ia tidak akan kembali dengan membawa balasan.(HR.An Nasa'i)
مَنْ احْتَبَسَ فَرَسًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِيمَانًا بِاللَّهِ وَتَصْدِيقًا بِوَعْدِهِ فَإِنَّ شِبَعَهُ وَرِيَّهُ وَرَوْثَهُ وَبَوْلَهُ فِي مِيزَانِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
Barangsiapa memelihara seekor kuda untuk fii sabilillah karena keimanan kepada Allah dan membenarkan janjiNya, maka sesungguhnya makan dan minum kuda itu, termasuk kotoran dan kencingnya, akan menjadi timbangan kebaikan baginya pada hari kiamat. (HR.Bukhari).
Amalan baik itu terbagi dua.
1. Amalan dunia (bukan ibadah tertentu)
2. Amalan Akhirat (ibadah tertentu).
Seseorang yang melakukan amalan dunia yang bukan termasuk ibadah, jika ia meniatkan untuk ibadah maka amalan itu bernilai ibadah dan mendapat pahala.
Jika seseorang melakukan ibadah yang disyari'atkan dengan niat untuk dunia seperti riya dan suma'ah, maka ibadahnya itu menjadi amalan dunia tidak bernilai ibadah dan tidak berpahala.
Rujukan:
(Qawa'id Al Fiqhiyah Al Kubra hal 47-48)