![]() |
Kontributor: Tata Handika
Editor: Titip Elyas
Padang Pariaman, 13 Juli 2025 —Menyambut awal tahun ajaran baru, Pondok Pesantren Bustanul Yaqin menggelar kegiatan doa bersama yang penuh kekhusyukan dan kehangatan pada Ahad pagi, 13 Juli 2025. Kegiatan yang dipusatkan di Musholla Santri Wati ini dihadiri oleh para santri baru dan lama, asatidz, pengasuh pondok, serta orang tua wali santri. Suasana haru dan khidmat menyelimuti setiap lantunan doa yang dipanjatkan, memohon limpahan rahmat dan keberkahan dari Allah SWT atas dimulainya fase baru perjalanan menuntut ilmu.
Acara ini tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, tetapi juga sarat makna spiritual dan nilai-nilai pendidikan. Doa bersama dipimpin langsung oleh Abuya Dr. H. Zainal, Tk. Mudo, yang dengan suara lembut namun tegas, mengajak seluruh hadirin untuk menyucikan niat dan menyerahkan segala urusan kepada kehendak Ilahi. Dalam untaian doa yang menyentuh hati, para santri memohon agar langkah mereka di pesantren menjadi awal yang diberkahi, diberikan kekuatan dalam menjalani hari-hari menantang, dan dijauhkan dari rasa putus asa dalam belajar dan beribadah.
Tuanku Latif selaku Ketua Panitia Penerimaan Santri Baru dalam sambutannya mengungkapkan rasa syukur atas tingginya antusiasme masyarakat terhadap Pondok Pesantren Bustanul Yaqin. Pada tahun ini, sebanyak 70 santri baru diterima dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Sumatera Barat, Riau, hingga Nusa Tenggara Timur. "Ini adalah amanah besar yang kami emban. Kami berkomitmen untuk membina mereka menjadi generasi tangguh, berilmu, dan berakhlak mulia," ujar Tuanku Latif.
Lebih lanjut, beliau menyampaikan tantangan yang biasanya dirasakan oleh santri di masa awal kehidupan pondok. "Bagi sebagian besar santri, ini mungkin kali pertama mereka jauh dari orang tua. Mereka harus belajar hidup mandiri—bangun pagi tanpa dibangunkan, makan tanpa disuapi, dan tidur tanpa kenyamanan rumah. Namun justru dari titik inilah, karakter mereka mulai terbentuk," ungkapnya. Ia juga menegaskan bahwa kesederhanaan pondok bukanlah kekurangan, melainkan sarana pembentukan pribadi yang kuat dan tahan uji.
Sebelum doa bersama dimulai, Buya Zainal memberikan pesan penting kepada para wali santri. Dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa Pondok Pesantren Bustanul Yaqin bukan hanya tempat belajar ilmu agama, tetapi juga wadah pembinaan karakter yang berkelanjutan. “Kami tidak sekadar mengajarkan ilmu, tetapi juga mendidik dengan keteladanan. Santri kami siapkan menjadi insan yang mampu membawa cahaya di tengah masyarakat, dengan dasar keilmuan yang kuat dan akhlak yang luhur,” ujarnya.
Buya Zainal juga mengajak orang tua untuk turut serta dalam membangun sinergi pendidikan antara rumah dan pesantren. Ia mencontohkan pentingnya keselarasan nilai antara kedua lingkungan. "Jika di pondok kami melarang santri merokok, maka di rumah pun harus demikian. Pendidikan tidak boleh kontradiktif. Harus ada kesatuan sikap dan nilai dari rumah dan pesantren, agar anak tidak bingung dan bisa tumbuh dalam kejelasan moral dan akhlak,” tegas beliau.
Acara kemudian ditutup dengan lantunan doa dan dzikir bersama, yang menggema dari musholla ke seluruh penjuru pondok, membawa suasana haru yang membekas di hati setiap hadirin. Para santri tampak menitikkan air mata, mengingat kembali wajah orang tua yang ditinggalkan, sekaligus menguatkan tekad untuk menempuh perjalanan panjang menuntut ilmu demi masa depan yang cerah.
Doa bersama ini bukan hanya sebuah seremoni pembuka tahun ajaran, melainkan momentum spiritual yang menyatukan hati para santri, pengasuh, dan wali dalam semangat yang sama—semangat membentuk generasi penerus umat yang unggul dalam ilmu, iman, dan amal.