![]() |
Pengantar:
Di pagi hari Tasu‘a ini, aku duduk menulis sepucuk nasihat. Sederhana, tapi lahir dari hati seorang ayah dan ibu yang ingin anak-anaknya tumbuh dalam cinta dan bimbingan Allah subḥānahu wata‘ālā.
Mungkin nasihat ini tak hanya untuk mereka, tapi juga bisa menjadi pengingat bagi siapa pun yang sedang berjuang di jalan taqwa.
Semoga Allah menerima niat kami, meneguhkan langkah kita semua, dan kelak menempatkan kita di bawah naungan-Nya pada hari tiada naungan selain naungan-Nya.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
...., ..., ..., ..., dan .... — anak-anak yang Abi dan Ummi cintai karena Allah subḥānahu wata‘ālā.
Hidup ini adalah perjalanan menuju akhirat. Di sepanjang jalan itu, Allah memberi kita banyak kesempatan untuk menjadi hamba-Nya yang bertaqwa. Karena itu, tetaplah berharap yang baik dari Allah. Jangan pernah berputus asa hanya karena merasa diri belum sempurna.
Berbaik sangkalah kepada diri sendiri dalam hal iman. Jika kalian sudah berusaha menjaga shalat, menahan diri dari dosa, mencintai masjid, dan bersedekah walau sedikit, maka yakinlah bahwa itu adalah tanda Allah sedang membimbing kalian menuju kebaikan. Jangan sampai hati kalian berkata, “Aku bukan orang yang taqwa, aku tak layak mendapat rahmat Allah.”
Tapi katakanlah, “Aku sedang berjuang menjadi hamba yang dicintai Allah.”
Abi dan Ummi telah berusaha membimbing kalian untuk tumbuh di atas ketaatan sejak kecil, bahkan sejak sebelum kami menikah.
Sekarang, giliran kalian menjaga diri masing-masing dan melanjutkan jalan itu.
Salah satu harapan terbesar kami adalah agar kalian termasuk dalam tujuh golongan yang akan mendapat naungan dari Allah pada hari tiada naungan selain naungan-Nya.
Dari Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, bahwa Rasūlullāh ṣallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ»
Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari ketika tidak ada naungan selain naungan-Nya:
1. Pemimpin yang adil,
2. Seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Rabb-nya,
3. Seorang lelaki yang hatinya terpaut pada masjid,
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya,
5. Seorang lelaki yang diajak oleh wanita yang cantik dan terpandang, lalu ia berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”,
6. Seorang yang bersedekah secara diam-diam, sampai tangan kirinya tak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya,
7. Seorang yang mengingat Allah dalam kesendirian, lalu ia menangis.
(HR. Al-Bukhāri no. 660)
Wahai anak-anakku, bulan Muharram ini adalah waktu yang baik untuk memperbaharui niat. Semoga kalian menjadi pemuda-pemudi yang Allah cintai. Berjuanglah menjaga taqwa, dan semoga kelak Allah tempatkan kalian dalam naungan-Nya bersama hamba-hamba-Nya yang terpilih.
Abi kalian yang bukan ma‘shum
Zulkifli Zakaria
Pariaman, 9 Muharram 1447 H / 5 Juli 2025 M