![]() |
1. Berbuat Ihsan dalam Menyembelih
Disyariatkan untuk menyembelih dengan baik: mengasah pisau hingga tajam, dan menyembelih dengan cepat agar tidak menyiksa hewan.
Dalil:
Dari Syaddad bin Aus radhiyallāhu ‘anhu bahwa Rasulullāh shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda,
«إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ»
Artinya:
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik dalam segala hal. Jika kalian membunuh, maka lakukanlah dengan cara yang baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan sembelihannya (tidak menyakitinya).”
(HR. Muslim no. 1955-57)
2. Mengasah Pisau Sebelum Di Hadapan Hewan
Pisau diasah sebelum hewan dibaringkan. Tidak diperbolehkan mengasah pisau di depan hewan yang telah disiapkan untuk disembelih.
Dalil:
Ibnu ‘Abbas radhiyallāhu ‘anhumā berkata: "Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam mendatangi seorang lelaki yang sedang meletakkan kakinya di sisi tubuh seekor kambing, lalu dia sedang menajamkan pisaunya, sementara kambing itu sedang menatapnya.
Beliau bersabda:
" أَفَلَا قَبْلَ هَذَا؟ أَتُرِيدُ أَنْ تُمِيتَهَا مَوْتًا
“Mengapa tidak (kau asah) sebelum ini? Apakah engkau ingin membunuhnya dua kali?”
Atau dalam riwayat lain:
" أَتُرِيدُ أَنْ تُمِيتَهَا مَوْتَاتٍ ".
“Apakah engkau ingin membunuhnya berkali-kali?”
(HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunan al-Kubra, 9/471 no. 19141)
3. Membaringkan Hewan di Sisi Kiri
Hewan qurban disunnahkan untuk dibaringkan di sisi kirinya, agar memudahkan penyembelih yang memegang pisau dengan tangan kanan.
Dalil:
Aisyah radhiyallāhu ‘anhā berkata: "Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam memerintahkan agar didatangkan seekor domba jantan bertanduk, yang menginjak (tanah) pada warna hitam, berbaring pada warna hitam, dan memandang dengan (kedua matanya yang) memiliki warna hitam. Lalu domba itu dibawa kepada beliau untuk disembelih sebagai qurban. Maka beliau berkata kepada Aisyah:
«يَا عَائِشَةُ، هَلُمِّي الْمُدْيَةَ»
‘Wahai Aisyah, bawakan pisau sembelih itu!’
Kemudian beliau bersabda:
«اشْحَذِيهَا بِحَجَرٍ»
‘Tajamkanlah dengan batu!’
Lalu Aisyah pun melakukannya. Setelah itu, beliau mengambil pisau tersebut dan mengambil domba jantan itu, lalu membaringkannya. Kemudian beliau menyembelihnya seraya berkata:
«بِاسْمِ اللهِ، اللهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ، وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ »
Bismillāhi, Allāhumma taqabbal min Muḥammad, wa āli Muḥammad, wa min ummati Muḥammad
Artinya:
‘Dengan nama Allah, ya Allah terimalah (kurban ini) dari Muhammad, dari keluarga Muhammad, dan dari umat Muhammad.’
Lalu beliau menyembelihnya.”
(HR. Muslim no. 1967-19)
Doa Saat Menyembelih:
بِسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنِّي
Bismillāh, Allāhumma taqabbal minnī
Artinya:
“Dengan nama Allah, Ya Allah terimalah dariku”
Atau jika menyembelih untuk keluarga:
بِسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ فُلَانٍ وَأَهْلِ بَيْتِهِ
Bismillāh, Allāhumma taqabbal min fulān wa ahli baitih.
Artinya:
“Dengan nama Allah, Ya Allah terimalah dari si Fulan dan dari anggota keluarga si Fulan!”
4. Meletakkan Kaki di Leher Hewan
Sunnah meletakkan kaki di sisi leher hewan agar lebih stabil.
Dalil:
Dari Anas radhiyallāhu ‘anu yang mengatakan:
«ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ، فَرَأَيْتُهُ وَاضِعًا قَدَمَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا، يُسَمِّي وَيُكَبِّرُ، فَذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ»
Artinya:
"Rasulullah berkurban dengan dua kambing putih belang hitam. Aku melihat beliau meletakkan kakinya di sisi leher keduanya, membaca basmalah dan takbir, lalu menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri."
(HR. Al-Bukhari no. 5558)
5. Menghadap Kiblat
Sunnah menghadapkan tenggorokan (leher) hewan ke arah kiblat, bukan wajahnya.
Dalil:
Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyembelih pada hari penyembelihan (يوم الذبح) dua ekor domba jantan yang bertanduk, berwarna putih keabu-abuan (أملحين), dan telah dikebiri (موجأين).
Ketika beliau menghadapkan keduanya (ke arah kiblat), beliau mengucapkan:
«إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ، وَعَنْ مُحَمَّدٍ وَأُمَّتِهِ بِاسْمِ اللَّهِ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ»
Innī wajjahtu wajhiya lilladhī faṭara as-samāwāti wal-arḍa ‘alā millati Ibrāhīma ḥanīfan, wa mā anā mina al-musyrikīn, inna ṣalātī wa nusukī wa maḥyāya wa mamātī lillāhi rabbil-‘ālamīn, lā syarīka lahū, wa bidzālika umirtu wa anā mina al-muslimīn. Allāhumma minka wa laka, wa ‘an Muḥammadin wa ummatihī, bismillāh, wallāhu akbar.
Artinya:
“Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, dalam keadaan hanif (lurus) dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb seluruh alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Dengan itu aku diperintahkan, dan aku termasuk orang-orang Islam.
Ya Allah, (kurban ini) dari-Mu dan untuk-Mu. Dan (ini kurban) dari Muhammad dan umatnya. Dengan nama Allah, dan Allah Maha Besar.”
Kemudian beliau menyembelihnya.”
(HR. Abu Dawud no. 2778)
6. Membaca Basmalah dan Takbir
Disyariatkan membaca:
بِسْمِ اللَّهِ، اللَّهُ أَكْبَر
Bismillāh, Allāhu akbar
Artinya:
“Dengan nama Allah, Allah Mahabesar.”
Hal ini berdasarkan hadits Anas dan Jābir bin Abdillah, serta dalam Al-Qur'an pada Surat Al-An’ām ayat 118.