![]() |
وَفَاةٌ فِي مَكَّةَ بَعْدَ عُمْرَةِ رَمَضَان
Bismillahirrahmanirrahim
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍۢ فِى ظُلُمَٰتِ ٱلْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍۢ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِى كِتَٰبٍۢ مُّبِينٍۢ
"Dan di sisi-Nya kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia. Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, tidak pula sesuatu yang basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh)."
(QS. Al-An'am: 59)
Pagi tadi, Senin, sebuah pesan masuk di ponselku dari puteri tertuaku:
"Bi, ada orang Batang Kabung wafat di Mekkah. Tadi diinfokan di Surau Gadang. Namanya ada kata-kata 'Fulanah'-nya. Abi tahu?"
Aku segera membuka grup WhatsApp masjid yang dekat dengan rumah almarhumah. Ternyata sudah ada pengumuman sejak Ahad malam:
"Assalamualaikum. Berita duka, telah berpulang ke rahmatullah seorang warga Batang Kabung, yang bernama Fulanah, orang tua dari mendiang si Fulan atau ibu si Fulan. Almarhumah berpulang di Makkah jam 6 waktu setempat, beliau sedang perjalanan umrah."
Setelah memastikan kebenaran berita itu, aku membalas pesan puteriku:
"Hampir dia mendaftar dengan Abi, lalu dibujuk oleh anaknya agar di Pekanbaru saja. Karena ada teman anaknya yang dianggap lebih dipercaya untuk mendampingi Ibuk Fulanah di Pekanbaru."
Ya, Ibuk Fulanah memang hampir mendaftar untuk umrah Ramadhan 1446 bersamaku, kurang dua bulan sebelum Ramadhan. Semua persyaratan telah dia serahkan. Namun, saat pembayaran, dia memutuskan untuk umrah dengan travel lain di Pekanbaru, sesuai saran anaknya.
Aku masih mengingat pertemuan terakhir kami sebelum keberangkatannya. Dengan penuh semangat, ia menceritakan betapa rindunya ingin ke tanah suci. Air mukanya bercahaya, matanya berbinar penuh harapan. Ia berharap umrah Ramadhan kali ini menjadi pengalaman yang mendekatkannya lebih kepada Allah subhanahu wata'ala.
Beberapa hari lalu, di beranda Facebook, aku melihat fotonya di pelataran Ka'bah. Aku berkata dalam hati, "Alhamdulillah, berarti beliau jadi umrah Ramadhan."
Allah subhanahu wata'ala telah menentukan waktu dan tempat kematian seseorang:
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia menahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."
(QS. Az-Zumar: 42)
Isyarat yang Mengingatkan
Kemarin sore menjelang berbuka, seorang jemaah meminta petugas travel agar ibunya dibawa ke rumah sakit. Ibunya yang telah berusia 84 tahun tampak tidak sadar. Padahal sebelum berangkat umrah, beliau sehat dan rajin ke masjid.
Ambulans pun segera membawa sang ibu ke salah satu rumah sakit di Makkah, ditemani putranya. Tim medis mengatakan kondisinya hanya lemah karena faktor usia. Mereka menenangkan sang anak dan melarangnya menangis berlebihan.
Siang tadi, sebelum Ashar, kami mengunjungi putranya untuk memberikan dorongan kesabaran. Kami melihatnya sedang baru saja selesai menyuapi ibunya bubur labinah. Dengan suara lirih, ia berkata, "Tadi Ibu sempat minta pulang."
Aku merasakan sesuatu. Teringat kejadian Januari 2023 lalu. Seorang wanita dengan kanker stadium akhir berangkat umrah bersamaku bersama suaminya, adik perempuannya, dan anak perempuannya. Ia sangat ingin wafat di tanah suci. Setelah sekali berhasil thawaf dan sa’i, ia berpulang di Makkah, dan dishalatkan di Masjid al-Haram.
Aku berkata kepada putra Ibuk Fulanah ini, "Kita bertawakal kepada Allah. Kita sudah berusaha mengobati, dan takdir Allah pasti yang terbaik."
Terlintas di benakku, "Mungkinkah beliau akan wafat di Makkah?"
Di tanah terbaik, dalam bulan Ramadhan, setelah menunaikan umrah...
Ketika aku tanyakan tentang biaya pengobatan, dikatakan ada asuransi yang dibayar oleh muassasah (badan yang menerbitkan visa umrah).
Takdir yang Telah Tertulis
Tidak ada seorang pun yang dapat menghindari kematian di tempat yang telah ditetapkan Allah:
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ
"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, meskipun kamu berada di benteng yang tinggi lagi kokoh."
(QS. An-Nisa: 78)
Dari Abu 'Izzah Yassar bin Abdillah Al-Hudzali radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda:
"إذا قضَى اللهُ لعبدٍ أن يموتَ بأرضٍ جعلَ له إليها حاجةً . أو قال: بها حاجةً"
"Jika Allah telah menetapkan bagi seorang hamba untuk meninggal di suatu tempat, maka Dia menjadikan baginya suatu keperluan ke tempat itu. Atau beliau bersabda: di tempat itu."
(HR. At-Tirmidzi no. 2147)
Menjelang Maghrib di Masjid al-Haram malam ini, sebuah pesan masuk di grup WhatsApp jemaah:
Bismillah
إنا لله وإنا إليه راجعون
"Telah meninggal baru saja salah seorang jamaah kita, Ibuk Fulanah, ibu dari bapak Fulan. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa beliau, mencurahkan rahmat-Nya yang luas kepada beliau, dan menempatkan beliau di surga Firdaus...
بارك الله فيكم
Hanya beberapa saat setelah kami mentakziahi putranya…
Aku buat pesan singkat ini kepada grup tim kami di lapangan yang mendampingi Pak Fulan ke rumah sakit:
"Semoga Pak Fulan membaca doa berikut:"
إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا
"Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan kita benar-benar akan kembalio kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala dari musibahku ini dan berikan kepadaku yang lebih baik darinya."
Kami pun mengucapkan kalimat yang disunnahkan kepada Pak Fulan:
إِنَّا لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ
"Sesungguhnya milik Allah apa yang telah Dia ambil dan kepunyaan-Nya apa yang telah Dia berikan. Sedangkan segala sesuatu di sisi-Nya adalah berdasarkan batas waktu yang ditentukan. Maka hendaklah bersabar dan mengharapkan pahala-Nya."
Doa Penutup
Kita memohon kepada Allah subhanahu wata'ala dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
اللَّهُمَّ ٱغْفِرْ لَهَا وَٱرْحَمْهَا، وَعَافِهَا وَٱعْفُ عَنْهَا، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَا، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهَا، وَٱغْسِلْهَا بِٱلْمَاءِ وَٱلثَّلْجِ وَٱلْبَرَدِ، وَنَقِّهَا مِنَ ٱلذُّنُوبِ وَٱلْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى ٱلثَّوْبُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهَا دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهَا، وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهَا، وَأَدْخِلْهَا ٱلْجَنَّةَ، وَأَعِذْهَا مِنْ عَذَابِ ٱلْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ ٱلنَّارِ.
"Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, muliakan tempatnya, lapangkan kuburnya, bersihkanlah dia dari dosa-dosa sebagaimana kain putih dibersihkan dari noda. Gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, keluarganya dengan keluarga yang lebih baik. Masukkan dia ke dalam surga dan lindungilah dia dari siksa kubur dan siksa neraka."
Amin, wahai Rabb pemilik semua jiwa.
Masjid al-Haram, Makkah, Senin, 24 Ramadhan 1446 H / 24 Maret 2025 M
Zulkifli Zakaria
Tulisan ini bisa dibaca di:
http://mahadalmaarif.com