![]() |
Oleh: Prof. Duski Samad Tuanku Mudo
Artinya: "Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) dalam kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya."(QS. Yunus 10: Ayat 26)
Ihsan dari bahasa Arab jamaknya husna adalah kebaikan yang dilakukan dengan kesadaran mendalam kesempurnaan yang tinggi dan keikhlasan yang kuat. Ihsan disebut dalam surat al-Qasas 77 dalam makna menjalani tugas hidup mesti sempurna. Dalam surat an-Nahal ihsan diletakkan sebagai perintah langsung dari Allah bersamaan dengan penegakkan keadilan dan mengurus keluarga. Surat Yunus ayat 26 di atas menjanjikan pahala terbaik dan reward kecerahan diri terhadap mereka yang ihsan.
Memang ihsan puncak capaian diri dari mukmin yang benar. Ihsan adalah unsur utama agama ada Islam, setelah menyelesaikan aspek lahiriyah yang mengatur syariah dan ibadah. Bahagian ketiga dalam beragama adalah tentang iman yang berkaitan dengan konsepsi dan ikatan batin dengan yang diyakini, dan ketiga itu saling berhubungan dengan kesempurnaan, keikhlasan dan kesadaran dalam semua sisi kehidupan. Ramadhan satu di antara momen untuk melatih kesadaran melalui jalan suluk ramadhan menuju ihsan.
Dalam tasawuf, perjalanan menuju ihsan dilakukan melalui tarekat dan suluk. Ini adalah proses pembinaan spiritual untuk membersihkan hati, mendekatkan diri kepada Allah, dan mencapai kesempurnaan ibadah.
1. Tarekat sebagai jalan sipritual menuju Allah.
Tarekat berasal dari kata ṭarīqah (طَرِيْقَة), yang berarti jalan atau metode. Dalam konteks tasawuf, tarekat adalah jalan khusus yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah di bawah bimbingan seorang mursyid (guru spiritual).
Langkah-langkah dalam Tarekat: Talqin Dzikir. Menerima bimbingan dzikir khusus dari mursyid untuk menyucikan hati. Mujahadah. Bersungguh-sungguh dalam menundukkan hawa nafsu dan memperbanyak ibadah. Riyadhah. Latihan spiritual seperti puasa, tahajud, dan dzikir intensif. Uzlah. Mengurangi interaksi dengan dunia untuk fokus kepada Allah. Tawakal. Bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam segala urusan.
Beberapa Tarekat Terkenal. Tarekat Naqsyabandiyah. Menekankan dzikir khafi (dzikir dalam hati). Tarekat Qadiriyah. Mengutamakan dzikir jahr (dzikir dengan suara keras). Tarekat Syadziliyah. Memadukan ibadah dan kehidupan sosial. Tarekat Tijaniyah. Menekankan shalawat sebagai sarana pendekatan diri kepada Allah. Setiap tarekat memiliki metode unik, tetapi semuanya bertujuan mencapai ihsan, yaitu merasakan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan.
2. Suluk: Perjalanan Spiritual Menuju Ihsan
Suluk berasal dari kata salaka (سَلَكَ), yang berarti menempuh jalan. Dalam tasawuf, suluk adalah proses mendisiplinkan diri dalam ibadah dan membersihkan hati dari penyakit batin. Tahapan Suluk Menuju Ihsan. Takhalli (Mengosongkan Diri dari Sifat Buruk). Menghilangkan penyakit hati seperti riya’, hasad, sombong, dan cinta dunia. Meninggalkan maksiat lahir dan batin. Tahalli (Menghiasi Diri dengan Akhlak Mulia). Memperbanyak dzikir, sholat malam, dan membaca Al-Qur’an. Mengamalkan sifat sabar, syukur, tawakal, dan cinta kepada Allah. Tajalli (Merasakan Kehadiran Allah Secara Nyata). Sampai pada tahap ma’rifatullah (mengenal Allah dengan hati yang bersih). Merasakan muraqabah, yaitu selalu merasa diawasi oleh Allah. Ibadah dilakukan bukan karena kewajiban semata, tetapi karena cinta dan rindu kepada Allah.
Praktik Suluk dalam Kehidupan Sehari-hari. Untuk mencapai ihsan, seseorang tidak harus masuk dalam tarekat formal, tetapi bisa mengamalkan prinsip suluk dalam kehidupan sehari-hari di antaranya dengan melakukan Sholat dengan khusyuk, seolah-olah melihat Allah. Membiasakan dzikir hati di setiap aktivitas. Menjalani hidup sederhana (zuhud), tanpa terikat pada dunia. Berbuat baik kepada semua makhluk, sebagai wujud cinta kepada Allah. Berserah diri dan tidak berambisi terhadap dunia, hanya menginginkan ridha Allah.
Tarekat adalah jalan spiritual yang dibimbing oleh seorang mursyid. Suluk adalah perjalanan disiplin spiritual yang menuntun hati menuju ihsan. Ihsan dicapai dengan membersihkan hati, mendekatkan diri kepada Allah, dan menjalani hidup dengan penuh kesadaran spiritual. Ihsan berarti melakukan segala sesuatu dengan kesempurnaan, keikhlasan, dan kesadaran bahwa Allah selalu melihat hambanya. Ihsan merupakan tingkatan tertinggi dalam agama, setelah Islam (aspek lahiriah) dan Iman (keyakinan batin).
Ihsan dalam Hadis Jibril. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi Muhammad ﷺ menjelaskan ihsan:"Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Dia selalu melihatmu." (HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa ihsan adalah ibadah dengan penuh kesadaran akan kehadiran Allah (muraqabah).
Bentuk Ihsan dalam Kehidupan. Ihsan dalam Ibadah. Sholat, puasa, dan ibadah lain dilakukan dengan penuh khusyuk, cinta, dan keikhlasan. Bukan hanya menggugurkan kewajiban, tetapi benar-benar merasakan kedekatan dengan Allah. Ihsan dalam Akhlak. Bersikap baik kepada semua makhluk, termasuk manusia, hewan, dan alam. Sabar, jujur, rendah hati, dan menghindari sifat buruk seperti iri, sombong, atau dendam.
Ihsan dalam Bekerja dan Bermuamalah. Menjalankan pekerjaan dengan amanah dan profesional. Tidak curang, tidak menipu, dan selalu memberikan hasil terbaik. Ihsan dalam Menolong Sesama. Membantu orang lain dengan ikhlas, tanpa mengharap balasan. Berbuat baik bahkan kepada orang yang berbuat buruk kepada kita.
Keutamaan Ihsan. Dapat merasakan kedekatan dengan Allah dalam segala aktivitas. Dijanjikan surga oleh Allah (QS. Yunus: 26). Mendapat kasih sayang Allah, karena "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan." (QS. Al-Baqarah: 195). Ihsan adalah jalan menuju ketenangan batin dan kehidupan yang penuh berkah. Apakah Anda ingin mendalami lebih lanjut bagaimana menerapkan ihsan dalam kehidupan sehari-hari?
IHSAN DAN IKATAN SIPRITUAL
Ikatan spiritual adalah hubungan batin yang mendalam antara seseorang dengan aspek ketuhanan, keimanan, atau nilai-nilai spiritual. Ini bukan sekadar hubungan fisik atau intelektual, tetapi lebih kepada perasaan yang menghubungkan hati, jiwa, dan pikiran dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri, seperti Tuhan, alam semesta, atau tujuan hidup yang lebih tinggi.
Dalam Islam ikatan spiritual merujuk pada hubungan seseorang dengan Allah, yang terjalin melalui ibadah, doa, dzikir, dan perenungan. Ikatan ini membawa ketenangan, keyakinan, serta makna dalam kehidupan. Semakin kuat ikatan ini, semakin seseorang merasakan kedamaian dan arah dalam hidupnya.
Ikatan sipritual hanya bisa tumbuh subur Masjid, karena masjid menjadi pusat ketenangan karena beberapa alasan suasana spiritual, Masjid adalah tempat ibadah yang dirancang untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Suasana yang penuh dengan doa, dzikir, dan bacaan Al-Qur'an menciptakan ketenangan hati. Arsitektur yang Menenangkan. Banyak masjid didesain dengan ruang yang luas, ventilasi yang baik, dan dekorasi sederhana, sehingga memberikan efek menenangkan bagi jamaah.
Pengaruh Suara Adzan dan Bacaan Al-Qur'an. Adzan yang berkumandang dan bacaan Al-Qur'an yang terdengar di dalam masjid memiliki efek menenangkan bagi jiwa dan pikiran. Lingkungan yang Tertib dan Damai. Masjid biasanya memiliki aturan ketertiban dan kesopanan yang membuatnya menjadi tempat yang jauh dari kebisingan dunia luar. Tempat Berdoa dan Berdzikir.
Masjid menjadi tempat di mana seseorang bisa beribadah dengan khusyuk, berdzikir, dan merenungkan kebesaran Allah, yang semuanya membantu menenangkan hati. Jauh dari Hiruk Pikuk Dunia. Masjid sering kali menjadi tempat perlindungan dari kesibukan duniawi, sehingga orang yang masuk bisa merasa lebih fokus pada kehidupan spiritualnya. Ketenangan yang dirasakan di masjid bukan hanya karena suasananya, tetapi juga karena ikatan spiritual yang lebih kuat dengan Allah saat berada di dalamnya.
Menjalin ikatan spiritual di bulan Ramadhan bisa dilakukan dengan berbagai strategi yang memperkuat hubungan dengan Allah dan meningkatkan kesadaran diri. Berikut adalah beberapa cara yang efektif:
1. Memperdalam Ibadah Wajib dan Sunnah. Sholat tepat waktu dan menjaga sholat lima waktu dengan khusyuk. Memperbanyak sholat sunnah. Seperti sholat Tahajud, Dhuha, dan Tarawih. Berdoa dan berdzikir, Meluangkan waktu untuk berdzikir setelah sholat dan berdoa dengan penuh penghayatan.
2. Memperbanyak Bacaan Al-Qur’an. Tadarus harian menetapkan target membaca dan memahami makna Al-Qur’an setiap hari. Tadabbur Al-Qur’an mempelajari tafsir dan makna ayat-ayat untuk meningkatkan pemahaman.
3. Memperbanyak Dzikir dan Istighfar. Membiasakan membaca tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. Memperbanyak istighfar untuk memohon ampunan Allah.
4. Meningkatkan Kualitas Puasa. Menjaga lisan dan hati dengan menghindari ghibah, fitnah, dan perkataan yang sia-sia. Mengontrol hawa nafsu tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menjaga akhlak dan pikiran. Menjalankan puasa dengan niat yang ikhlas untuk mendapatkan ridha Allah.
5. Bersedekah dan Berbuat Kebaikan. Bersedekah setiap hari, meskipun sedikit. Membantu sesama, seperti memberi makan orang yang berbuka puasa. Meningkatkan kepedulian sosial, misalnya dengan menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
6. Memperbanyak Doa di Waktu Mustajab. Saat sepertiga malam terakhir (Tahajud). Saat berbuka puasa. Pada malam Lailatul Qadar, terutama di 10 malam terakhir Ramadhan.
7. Menjaga Keistiqamahan Setelah Ramadhan. Melanjutkan ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan setelah bulan suci berlalu. Menjaga semangat kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menerapkan strategi ini, Ramadhan bukan hanya menjadi bulan ibadah, tetapi juga menjadi momen untuk memperkuat ikatan spiritual dengan Allah.
BEST PRACTICE IKATAN SIPRITUAL
Para sufi memiliki banyak best practice dalam menjalin ikatan spiritual yang kuat dengan Allah. Praktik-praktik ini membantu mereka mencapai kedamaian batin, kesadaran ketuhanan (ma’rifatullah), dan cinta ilahi. Berikut adalah beberapa amalan utama dalam tasawuf yang bisa memperkuat jalinan spiritual.
1. Dzikir dan Wirid (Menghidupkan Hati dengan Nama Allah). Dzikir Lisan dan Hati. Mengulang-ulang asma Allah, seperti La ilaha illallah, Allah, Allah, atau Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar. Dzikir Nafas. Bernapas dengan sadar sambil mengingat Allah, yang sering dilakukan oleh tarekat sufi. Istighfar dan Shalawat. Memohon ampunan dan mengucapkan shalawat untuk mendekatkan diri kepada Rasulullah ﷺ.
2. Sholat dengan Khusyuk dan Sholat Malam. Sholat Tahajud sholat di sepertiga malam terakhir sebagai bentuk penghambaan yang mendalam. Sholat Dhuha. Menunjukkan rasa syukur dan kepasrahan kepada Allah. Sholat dengan Tadabbur. Memahami makna setiap bacaan dalam sholat untuk meningkatkan kekhusyukan.
3. Tafakur dan Muhasabah (Merenung dan Mengintrospeksi Diri). Merenungi kebesaran Allah melalui alam semesta dan kejadian hidup.nBermuhasabah sebelum tidur. Menghitung amal perbuatan harian dan memperbaiki diri. Mengurangi kesibukan duniawi untuk lebih fokus kepada Allah.
4. Menjalani Kehidupan Zuhud dan Ikhlas. Mengurangi kecintaan terhadap dunia dan lebih fokus pada kehidupan akhirat. Menjalani hidup sederhana tanpa berlebihan dalam harta, makanan, atau pakaian. Menghindari riya’ dan ujub, yaitu merasa bangga atau sombong dalam ibadah.
5. Mengikuti Bimbingan Mursyid (Guru Spiritual). Berguru kepada sufi yang mursyid untuk mendapatkan bimbingan dalam perjalanan spiritual. Mengikuti tarekat yang berlandaskan syariat Islam, seperti Naqsyabandiyah, Qadiriyah, atau Syadziliyah. Mengamalkan adab murid, seperti tawadhu’ (rendah hati) dan patuh kepada guru.
6. Menebar Cinta dan Kasih Sayang (Ihsan dalam Kehidupan). Melayani dan membantu sesama sebagai bentuk ibadah. Memaafkan orang lain dan menghilangkan sifat dendam. Mengembangkan rasa syukur dalam segala keadaan, baik suka maupun duka.
7. Mendekatkan Diri pada Allah Melalui Puasa. Puasa sunnah seperti Senin-Kamis dan puasa Daud untuk mengendalikan nafsu. Puasa batin.Menjaga hati dari penyakit seperti iri, dengki, dan sombong. Praktik-praktik di atas membantu seorang sufi merasakan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Analisis Ilmiah tentang pendekatan ihsan dalam konteks Islam dan Tasawuf. Kajian ini membahas konsep ihsan sebagai puncak kesempurnaan dalam beragama, setelah Islam (aspek syariah dan ibadah) serta Iman (aspek keyakinan dan kepercayaan). Dalam perspektif Islam, ihsan menuntut kualitas ibadah dan kehidupan yang dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa Allah senantiasa mengawasi manusia. Hal ini sejalan dengan Hadis Jibril yang mendefinisikan ihsan sebagai “beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya.”
Dari sudut pandang tasawuf, ihsan adalah tujuan akhir perjalanan spiritual yang dicapai melalui tarekat dan suluk. Tarekat mengacu pada jalan khusus yang dibimbing oleh seorang mursyid, sedangkan suluk adalah proses pembersihan diri dan pendisiplinan ibadah. Konsep ini menekankan tiga tahapan utama: Takhalli (mengosongkan diri dari sifat buruk). Tahalli (menghiasi diri dengan sifat baik). Tajalli (mencapai kesadaran spiritual tertinggi).
Peran Ramadhan dalam Mewujudkan Ihsan adalah bulan Ramadhan menjadi momentum latihan spiritual untuk mencapai ihsan. Puasa tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga mengontrol hawa nafsu, memperbanyak ibadah, dan meningkatkan kesadaran spiritual. Ramadhan menjadi kesempatan bagi setiap Muslim untuk memperkuat ibadah wajib dan sunnah, termasuk shalat, puasa, dan dzikir. Meningkatkan interaksi dengan Al-Qur’an melalui tadarus dan tadabbur. Mempraktikkan zuhud dengan mengurangi kecintaan terhadap dunia. Menjalin ikatan spiritual lebih erat dengan Allah melalui tahajud, iktikaf, dan doa di waktu mustajab.
Ikatan Spiritual dan Peran Masjid. Masjid menjadi pusat penguatan ikatan spiritual karena atmosfernya yang mendukung ketenangan batin. Adzan, bacaan Al-Qur’an, dan lingkungan ibadah yang tertib menjadikan masjid sebagai tempat terbaik untuk membangun kesadaran ketuhanan (ma’rifatullah). Dalam perspektif sufi, suasana masjid mendukung proses muraqabah (merasa diawasi Allah) dan musyahadah (merasakan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan).
Best Practice Ikatan Spiritual dalam Tasawuf. Para sufi mengembangkan berbagai praktik untuk memperkuat ikatan spiritual, di antaranya dzikir dan wirid sebagai media pembersihan hati. Shalat khusyuk dan shalat malam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tafakur dan muhasabah untuk introspeksi diri. Menjalani kehidupan zuhud dan ikhlas sebagai bentuk kepasrahan kepada Allah. Mengikuti bimbingan mursyid dalam perjalanan spiritual. Menebarkan cinta dan kasih sayang sebagai bentuk implementasi ihsan dalam kehidupan sosial.
Kesimpulan
Ihsan merupakan puncak kualitas seorang Muslim dalam beragama, yang mencakup kesadaran penuh akan kehadiran Allah dalam segala aspek kehidupan. Tarekat dan suluk menjadi metode spiritual dalam tasawuf yang membantu individu mencapai ihsan melalui bimbingan seorang mursyid.
Bulan Ramadhan menjadi kesempatan untuk melatih diri menuju ihsan dengan meningkatkan ibadah, dzikir, dan introspeksi diri. Masjid memiliki peran strategis dalam memperkuat ikatan spiritual karena atmosfernya yang menenangkan dan mendukung peningkatan kualitas ibadah. Praktik spiritual dalam tasawuf, seperti dzikir, shalat khusyuk, dan zuhud, menjadi metode efektif dalam membangun kesadaran ilahiah.
Memahami dan mengamalkan konsep ihsan, seorang Muslim tidak hanya meningkatkan kualitas ibadahnya tetapi juga memperbaiki hubungan dengan sesama dan lingkungannya, sehingga mencapai kehidupan yang lebih berkah dan penuh ketenangan. (Buka Bersama Walikota dan Tokoh Kota Padang), 12 Maret 2025
DS.09032025.
*Guru Besar UIN Imam Bonjol dan Pembina Majelis Silaturahmi Tuanku Nasional