![]() |
إِخْوَةٌ فِي أَحْضَانِ الْبَلَدِ الْحَرَامِ
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Malam tadi, selepas tarawih, aku melangkah meninggalkan Masjidil Haram. Udara Makkah masih hangat, dan cahaya lampu-lampu di pelataran masjid berpendar di antara lautan manusia. Seingatku sekitar pukul setengah sebelas malam. Aku shalat di pelataran masjid, tepat di depan pintu 79. Begitu salam, petugas segera meminta kami bubar karena area itu adalah jalur masuk bagi jemaah yang sedang berihram. Setelah itu aku pergi ke WC 6 untuk buang hajat dan memperbaharui wudu.
Kemudian aku berjalan menuju arah Taisir, melewati salah satu ruas jalan di antara Hotel Marriot dan Hotel Anjum.
Setelah melewati jalan layang, timbul kekaguman dalam hatiku. Dari tempat agak tinggi itu aku menatap ke depan sambil terus berjalan, "Alangkah ramai dan aneka warna manusia."
Ini baru di satu titik keluar samping Hotel Dar At-Tauhid, sedangkan masih ada titik lain: titik arah Ajyad, arah Kudai, Misfalah, dan lainnya. Semua jemaah meninggalkan Masjidil Haram menuju penginapan mereka masing-masing untuk istirahat. Ada yang menenteng geribah air dari plastik berisi lima liter air zamzam yang diambil dari masjid. Ada yang membawa kantong kresek berisi makanan yang baru saja dibeli untuk dimakan di hotel. Ada yang menarik koper pakaian. Ada yang menyandang kasur besar. Penuh warna-warni dan heterogen.
Aku tersenyum sambil merasakan betapa Maha Penyayang Rabbul ‘alamin.
وَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًۭا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Apabila shalat telah ditunaikan, bertebaranlah kamu di bumi dan carilah karunia Allah serta ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung." (QS. Al-Jumu’ah: 10)
Di samping itu, masih banyak pula yang menetap di dalam masjid untuk i'tikaf, thawaf, dan ibadah lainnya.
Suatu yang sangat terkesan hingga membuat aku tersenyum sendiri ialah ketika orang-orang Afrika berbicara sesama mereka, suara mereka terdengar keras walaupun dengan emosi yang datar.
Orang Mesir memang berbicara dengan nada tinggi, selaras dengan postur mereka yang umumnya besar dan tegap.
Orang Indonesia adalah di bawah semua itu.
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦ خَلْقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَٰنِكُمْ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍۢ لِّلْعَٰلِمِينَ
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan langit dan bumi serta perbedaan bahasa dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." (QS. Ar-Rum: 22)
Pernah kemarin, ketika seorang lelaki Afrika berjubah putih dan memakai peci rajut putih lewat di hadapanku. Sebuah bisikan hadir di hatiku, "Alangkah hitamnya!" Namun, segera kusadari, siapa yang lebih mulia di sisi Allah bukan ditentukan oleh warna kulit, melainkan oleh ketakwaan.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍۢ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًۭا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌۭ
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat: 13)
Tadi malam, sempat terlintas keinginan untuk memotret seorang lelaki Afrika yang berjalan cepat bersama rombongan temannya di sebelah kiriku. Bajunya berwarna-warni seperti pakaian wanita di Sumatera Barat. Tapi aku menahan diri. Aku takut itu menjadi sikap merendahkan sesama muslim, padahal bisa jadi dia jauh lebih mulia di sisi Sang Pencipta.
Tapi suasana tetap terasa damai. Kami berjalan bersama bagaikan arus air bah yang mengalir, namun tetap dalam ketenangan. Terkadang bersentuhan namun tak ada pikiran: "Ini baunya apek, itu baunya hanyir."
Damai karena sesama muslim.
Saudara dalam Dekapan Tanah Suci"
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌۭ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat: 10)
Dan ini adalah tanah yang benar-benar aman. Satu-satunya tempat di dunia yang dijamin keamanannya oleh Allah.
أَوَلَمۡ یَرَوۡاْ أَنَّا جَعَلۡنَا حَرَمࣰا ءَامِنࣰا وَیُتَخَطَّفُ ٱلنَّاسُ مِنۡ حَوۡلِهِمۡ
"Dan apakah mereka tidak melihat bahwa Kami telah menjadikan (Makkah) tanah suci yang aman, sedangkan manusia di sekitarnya saling merampas?" (QS. Al-Ankabut: 67)
Lautan manusia memenuhi jalan raya karena kendaraan ditahan oleh aparat keamanan. Mobil-mobil polisi tersebar di berbagai penjuru, semuanya besar dan mewah, jauh berbeda dengan mobil-mobil polisi yang biasa kusaksikan di Indonesia.
Setelah lebih dari satu kilometer, mulai tampak ojek-ojek anak remaja Afrika. Mereka mengendarai sepeda motor besar sambil mencari penumpang.
"Kreng, kreng, kreng!" Mereka saling ngebut, dan mata mereka memandang tajam ke segala penjuru. Mereka takut polisi, karena aktivitas mereka ilegal.
Di negeri ini, di bawah cahaya Masjidil Haram, semua warna, bahasa, dan bangsa melebur dalam satu identitas: seorang hamba Allah. Kami berbeda, tetapi satu dalam iman.
اللَّهُمَّ ٱجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ ٱلْمُتَّقِينَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِ ٱلْمُسْلِمِينَ، وَٱجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ حَرَمِكَ ٱلْآمِنِينَ، وَتَقَبَّلْ مِنَّا أَعْمَالَنَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ ٱلرَّاحِمِينَ
"Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang bertakwa, satukan hati kaum muslimin, dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berada dalam keamanan tanah suci-Mu. Terimalah amal kami dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi."
Amin, wahai Rabb Pemilik Negeri Aman.
Makkah, Ahad, 16 Ramadhan 1446 H / 16 Maret 2025 M
Zulkifli Zakaria
Tulisan ini bisa dibaca di http://mahadalmaarif.com