![]() |
اِذَا وَكَّلْنَا أَمْرَنَا إِلَى اللّٰهِ: حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Bismillahirrahmanirrahim
Shalat Ashar sore ini, aku hanya berkesempatan menunaikannya di atas karpet di suthuh (atap) Masjidil Haram. Matahari begitu terik. Sejenak aku berdiri, berpindah-pindah tempat, mencari posisi yang sekiranya akan lebih sejuk seiring perjalanan matahari ke ufuk barat. Matahari bergerak ke ufuk di belakangku.
Akhirnya, aku memilih shaf di kawasan tiga kubah besar perluasan Raja Fahd rahimahullah. Aku mengambil tempat di atas karpet hijau, dengan beberapa orang telah mengisi shaf di kanan dan belakangku, sedangkan sisi kiriku masih kosong. Di belakangku, terdapat kubah nomor dua. Aku masih dalam terik matahari, sedangkan orang di sebelah kananku tidak demikian. Naungan kubah tengah menghalanginya dari sorotan sinar matahari langsung.
Saat adzan hendak dikumandangkan, perhatianku tertuju pada perdebatan kecil di shaf depan. Seorang lelaki Arab tua—entah dari negara mana—memprotes seorang pria sebaya yang datang dan langsung membentangkan sajadah di sebelah kirinya. Rupanya, tempat itu telah ia tandai sebelumnya dengan kantong plastik berisi barang-barangnya.
Si pendatang beralasan bahwa tempat itu kosong, sedangkan pemilik barang bersikeras bahwa ia sedang menunggu temannya. Ketegangan meningkat sejenak, hingga pria tua berkemeja hitam itu mengangkat telunjuknya ke langit, lalu berulang kali mengucapkan:
"حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ"
"Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Dia sebaik-baik pelindung."
Suasana itu begitu membekas dalam benakku. Kalimat tersebut bukan sekadar ucapan biasa, melainkan kalimat yang telah diwariskan oleh para nabi dan digunakan oleh kaum Muslimin di saat-saat sulit. Aku teringat betapa seringnya kalimat ini terdengar dalam rekaman video dari Gaza—teriakan lirih dari rakyat Palestina yang terancam nyawanya di bawah gempuran brutal penjajah Zionis.
Kisah Para Nabi dan Kalimat Tawakal
Itulah kalimat yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ketika ia dilemparkan ke dalam api oleh penguasa kafir. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، قَالَهَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَقَالَهَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَالُوا: {إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ}
"Ibnu Abbas berkata, 'Hasbunallahu wa ni‘mal wakil' diucapkan oleh Ibrahim ‘alaihis salam ketika beliau dilemparkan ke dalam api, dan diucapkan pula oleh Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika orang-orang berkata, 'Sesungguhnya orang-orang telah mengumpulkan pasukan untuk (menyerang) kalian, maka takutlah kepada mereka,' lalu hal itu semakin menambah keimanan mereka, dan mereka berkata
'Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Dia sebaik-baik pelindung.'"
(HR. Al-Bukhari, no. 4563)
Firman Allah subhanahu wata'ala:
ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدْ جَمَعُوا۟ لَكُمْ فَٱخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَٰنًۭا وَقَالُوا۟ حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ
"Orang-orang (beriman) yang ketika dikatakan kepada mereka, 'Sesungguhnya orang-orang telah mengumpulkan pasukan untuk (menyerang) kalian, maka takutlah kepada mereka,' justru (peringatan) itu menambah keimanan mereka, dan mereka berkata, 'Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Dia sebaik-baik pelindung.'" (QS. Ali ‘Imran: 173)
Tradisi yang Mengakar dalam Kehidupan Masyarakat Arab Muslim
Peristiwa sore itu menyadarkanku betapa kalimat ini bukan sekadar teori, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari kaum Muslimin, khususnya di dunia Arab. Aku sering melihat mereka membiasakan berbagai dzikir dalam keseharian:
1. Salam dalam setiap pertemuan – Bahkan saat bertemu di lift atau di jalan, mereka tak lupa mengucapkan assalamu’alaikum.
2. Membaca hawqalah – Saat merasa lemah atau menghadapi kesulitan, mereka spontan mengucapkan:
"لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ"
"Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah."
3. Mengisi waktu dengan membaca Al-Qur’an – Menunggu iqamah bukan dihabiskan dengan berbincang kosong, melainkan dengan tilawah Al-Qur’an. Bahkan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawiy banyak petugas yang berjalan di tengah shafira menjelang waktu shalat sambil memegang mushhaf untuk diserahkan kepada orang yang akan membaca.
4. Membaca selawat kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam di sela-sela waktu kosong.
5. Saling berbagi makanan dan kebaikan – Terutama di Masjidil Haram, di mana banyak orang berlomba-lomba membagikan makanan kepada jemaah lainnya.
6. Mengucapkan 'Hasbunallahu wa ni‘mal wakil' saat terzalimi – Sebuah bentuk tawakal dan penyerahan penuh kepada Allah subhanahu wata'ala.
Meneladani Keteguhan Hati Para Nabi 'alaihimus salam
Kalimat ini bukan sekadar pelipur lara, tetapi simbol keteguhan hati. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam Al-Khalil mengucapkannya ketika ia dilemparkan ke dalam api, dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkannya ketika kaum Muslimin diancam dengan kekuatan musuh.
Sebagai Muslim, kita juga akan menghadapi ujian, baik dalam skala kecil maupun besar. Saat itu terjadi, adakah keyakinan kita kepada Allah sekuat para nabi?
Ketika kita dizalimi, saat usaha kita terasa berat, atau ketika dunia seolah menghimpit dari segala arah—maka serulah seperti seruan para nabi:
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Karena sesungguhnya, tiada tempat bersandar yang lebih kuat daripada Allah subhanahu wata'ala.
SIapa pun yang benar-benar bersandar kepada Allah, hatinya akan tenang, sebagaimana firman-Nya:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
"Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra‘d: 28)
Semoga Allah subhanahu wata'ala senantiasa membimbing kita dalam kebaikan, menjaga hati kita dalam ketawakalan, serta memberikan kekuatanmu dalam menghadapi setiap ujian.
Kita tutup dengan berdoa:
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَىٰ، وَالتُّقَىٰ، وَالْعَفَافَ، وَالْغِنَىٰ
Allaahumma innas nas‘aluka al-huda, wa at-tuqa, wa al-‘afaafa, wa al-ghina.
"Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kehormatan diri, dan kecukupan."
Amin, wahai Rabb Pemilik Ka'bah.
Masjidil Haram, Makkah, Ahad, 16 Ramadhan 1446 H/16 Maret 2025 M
Zulkifli Zakaria
Tulisan ini bisa dibaca di
http://mahadalmaarif.com