![]() |
هُدُوءُ اللَّيْلِ وَنُوْرُ الْقَلْبِ
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Qaddarallaahu wa maa sya-a fa’ala. Padam listrik PLN di desaku, dari sekitar pukul 10 malam hingga pukul 4 dini hari tadi. Gelap dan sunyi. Terlintas kenangan puluhan tahun silam, saat penerangan listrik hanyalah dari mesin dinamo diesel yang dihidupkan di kantor desa. Setiap petang hingga pukul 10 malam, lampu-lampu kecil menyala seadanya, lalu gelap menyelimuti kampung hingga fajar. Kala itu, belum ada aliran listrik PLN seperti sekarang.
Namun, suasana sunyi dini hari justru membawa kedamaian. Ia seakan mengingatkan kita akan waktu yang paling khidmat untuk bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala:
الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (16) الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ (17)
(Yaitu) orang-orang yang berdoa: Wahai Rabb kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka! (Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampunan pada waktu sahur. (QS. Ali Imran: 16-17)
Inilah saat yang amat bernilai, sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam kabarkan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ، فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، وَمَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
"Rabb kita, Maha Terberkahi dan Maha Tinggi, turun ke langit dunia setiap malam ketika tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berfirman: 'Siapakah yang sedang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya? Siapakah yang sedang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya? Siapakah yang sedang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya?’" (HR. Muslim no. 758-168)
Merenungi Fitnah di Zaman Ini
Sunyi dini hari menjadi cermin untuk mengevaluasi diri. Sejauh mana kita telah menjaga ketaqwaan? Apalagi kita hidup di era fitnah yang melanda iman dari segala penjuru. Dunia maya penuh perselisihan. Debat tak berujung mewarnai perbedaan pemahaman di kalangan sesama muslim.
Di tengah perpecahan ini, betapa pentingnya kita memohon bimbingan kepada Allah. Dalam sebuah hadits dari shahih Muslim, Salamah bin ‘Abdirrahman bin ‘Auf radhiyallaahu ‘anhu menuturkan bahwa ia bertanya kepada Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha:
"Apakah yang dibaca Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam ketika membuka shalatnya manakala Beliau melakukan shalat malam?”
Dia berkata: "Apabila Beliau melakukan shalat malam, Beliau membuka shalatnya dengan (bacaan ini):
اللَّهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
‘Wahai Allah, Rabb Jabrail, Mikail dan Israfil! Wahai Pencipta langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui segala keghaiban dan segala yang nyata! Engkaulah yang akan memutuskan hukum di antara para hamba-Mu dalam semua hal yang mereka perselisihkan, maka Engkau bimbinglah aku kepada yang benar dari yang diperselisihkan itu! Sesungguhnya Engkau senantiasa memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Engkau kehendaki, kepada jalan yang lurus.’" (HR. Muslim no. 770-200)
Di Tengah Arus Perbedaan, Kita Butuh Hidayah
Saat fitnah dan silang pendapat datang bertubi-tubi, tidak ada jalan lain kecuali memohon hidayah. Karena hati manusia berada di tangan Allah subhanahu wata’ala. Meskipun pedoman kebenaran sudah jelas melalui Al-Qur'an dan Sunnah Rasul-Nya, kita tetap harus memohon agar dikuatkan di atas jalan yang lurus.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۖ وَمَا أَنَا عَلَيْكُم بِوَكِيلٍ (108) وَاتَّبِعْ مَا يُوحَىٰ إِلَيْكَ وَاصْبِرْ حَتَّىٰ يَحْكُمَ اللَّهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ (109)
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Quran) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu." Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (QS. Yunus: 108-109)
Keteguhan dalam Ujian Pemahaman Agama
Tak jarang di media sosial, aku menerima label dan tuduhan: "Anta Wahabi-Salafi," atau "Aqidah anta mujassimah." Padahal, sepanjang perjalanan hidupku, pemahaman yang kupegang adalah hasil pencarian panjang.
Di setiap sujud di pelataran Ka’bah, aku memohon satu hal kepada Allah subhanahu wata’ala:
“Ya Allah, kukuhkanlah hatiku di atas pemahaman agama yang Engkau ridhai. Tampakkan kepadaku kebenaran dari apa yang Engkau kehendaki. Jangan biarkan aku tersesat setelah Engkau memberi petunjuk.”
Aku sadar, kehidupan dunia ini adalah medan ujian. Kebenaran yang hakiki baru akan tampak dengan nyata kelak di Padang Mahsyar.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
اللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
"Allah akan mengadili di antara kamu pada hari Kiamat tentang apa yang dahulu kamu perselisihkan." (QS. Al-Hajj: 69)
Penutup: Doa dalam Hening Malam
Biarlah malam menjadi saksi bisu atas keluh kesah kita. Biarlah sahur menjadi waktu paling berharga untuk memohon ampun dan hidayah. Di tengah kegelapan, semoga cahaya iman semakin terang di hati kita.
Pariaman, Selasa, 19 Sya'ban 1446 H/18 Februari 2025 M
Zulkifli Zakaria
Tulisan ini bisa dibaca di:
http://mahadalmaarif.com