![]() |
๐ Rabu, 20 Sya’ban 1446 H / 19 Februari 2025 M
๐ Rumah Sakit Tamar Medical Centre (TMC), Jl. Basuki Rahmat No.1, Pariaman
---
ุจِุณْู ِ ุงَِّููู ุงูุฑَّุญْู َِู ุงูุฑَّุญِูู ِ
๐ Hadits tentang Shuhuf (Lempengan Kitab) Nabi Musa ‘Alaihis Salam
1459 - ุญَุฏَّุซََูุง ุนُุซْู َุงُู ุจُْู ุฃَุจِู ุดَْูุจَุฉَ، ุญَุฏَّุซََูุง ุฌَุฑِูุฑٌ، ุนَِู ุงْูุฃَุนْู َุดِ، ุนَْู ู ُุณِْูู ٍ ุงْูุจَุทِِูู، ุนَْู ุณَุนِูุฏِ ุจِْู ุฌُุจَْูุฑٍ، ุนَِู ุงุจِْู ุนَุจَّุงุณٍ، َูุงَู:
‘Utsman bin Abi Syaibah telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang mengatakan bahwa) Jarir telah menyampaikan hadits kepada kami, dari Al-A’masy, dari Muslim Al-Bathin, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma yang mengatakan,
«ุฃُูุชَِู ุฑَุณُُูู ุงَِّููู ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู َ ุณَุจْุนًุง ู َِู ุงْูู َุซَุงِูู ุงูุทَُِّูู، َูุฃُูุชَِู ู ُูุณَู ุนََِْููู ุงูุณََّูุงู ُ ุณِุชًّุง، ََููู َّุง ุฃََْููู ุงْูุฃََْููุงุญَ، ุฑُِูุนَุชْ ุงุซَْูุชَุงِู، َูุจََِููุชْ ุฃَุฑْุจَุนٌ»
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah diberi tujuh dari al-matsani ath-thiwal (surat-surat panjang yang utama), sedangkan Nabi Musa ‘alaihis salam diberi enam. Ketika beliau (Musa) melemparkan lauh-lauh (lempengan Taurat), dua di antaranya diangkat dan yang tersisa tinggal empat.”
๐ (HR. Abu Dawud no. 1459)
---
๐ Penjelasan Hadits
1️⃣ Al-Qur’an Sebagai Wahyu yang Paling Sempurna
Al-Qur'an adalah kitab Allah yang diturunkan, yang Allah anugerahkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam dan umatnya. Di dalamnya, Allah subhanahu wata’ala menjelaskan kebenaran dan petunjuk bagi mereka.
Dalam hadits ini, Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma mengatakan: “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam diberikan tujuh dari Al-Matsani yang panjang-panjang.”
2️⃣ Makna "Tujuh Al-Matsani"
Yang dimaksud di sini adalah tujuh surat panjang, bukan Al-Fatihah.
Dalam hadits ini disebutkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menerima tujuh surat panjang, yang menurut para ulama merujuk kepada:
1️⃣ Al-Baqarah
2️⃣ Ali Imran
3️⃣ An-Nisa’
4️⃣ Al-Ma’idah
5️⃣ Al-An’am
6️⃣ Al-A’raf
7️⃣ Yunus (atau gabungan Al-Anfal & At-Taubah sebagai satu surat)
Ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah: Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa’, Al-Ma’idah, Al-An’am, Al-A’raf, dan Al-Anfal dengan Surah At-Taubah sebagai satu surah. Di dalam surah-surah ini terdapat perumpamaan, berita, pelajaran, kewajiban, hukuman, cerita dan hukum-hukum.
3️⃣ Enam Lempengan Taurat untuk Nabi Musa ‘Alaihis Salam
๐ “Dan Musa ‘alaihis salam diberikan enam.”
Artinya, Allah memberikan anugerah kepada Nabi Musa dengan memberikan enam lempengan taurat yang berisi wahyu. “Ketika ia melemparkan Lauh-lauh tersebut,” yaitu melemparkan lempengan tersebut dalam keadaan marah setelah melihat Bani Israil menyembah anak lembu (patung). Ia tidak sadar dengan tindakannya. Lauh-lauh tersebut berisi rincian segala sesuatu, perintah, hukum, petunjuk, “dua dari Lauh tersebut diangkat dan empat sisanya tetap”.
Artinya, sebagian besar wahyu diangkat, ada yang mengatakan yang diangkat adalah berita-berita tentang hal ghaib dan yang tetap adalah hukum-hukum.
4️⃣ Pelajaran dari Umat Terdahulu
๐ Bani Israil kehilangan sebagian wahyu akibat ketidaktaatan mereka.
Dalam hadits ini terdapat keutamaan umat Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam dibandingkan umat-umat lainnya, dan juga menunjukkan bahwa kebaikan diangkat dari umat-umat sebelumnya karena kesalahan mereka.
Hal ini menjadi pelajaran penting bagi kita agar selalu menjaga keimanan dan tidak mengulangi kesalahan mereka.
---
๐ Dalil Al-Qur’an
Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
{ََููู َّุง ุฑَุฌَุนَ ู ُูุณَู ุฅَِูู َْููู ِِู ุบَุถْุจَุงَู ุฃَุณًِูุง َูุงَู ุจِุฆْุณَู َุง ุฎََْููุชُู ُِููู ู ِْู ุจَุนْุฏِู ุฃَุนَุฌِْูุชُู ْ ุฃَู ْุฑَ ุฑَุจُِّูู ْ َูุฃََْููู ุงْูุฃََْููุงุญَ َูุฃَุฎَุฐَ ุจِุฑَุฃْุณِ ุฃَุฎِِูู َูุฌُุฑُُّู ุฅَِِْููู َูุงَู ุงุจَْู ุฃُู َّ ุฅَِّู ุงَْْูููู َ ุงุณْุชَุถْุนَُِูููู ََููุงุฏُูุง َْููุชَُُِููููู ََููุง ุชُุดْู ِุชْ ุจَِู ุงْูุฃَุนْุฏَุงุกَ ََููุง ุชَุฌْุนَِْููู ู َุนَ ุงَْْูููู ِ ุงูุธَّุงِูู َِูู (150)} [ุงูุฃุนุฑุงู: 150]
“Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kalian kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kalian hendak mendahului janji Rabb kalian? Dan Musapun melemparkan lauh-lauh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim" (QS. Al-A’raf: 150)
๐ (QS. Al-A’raf: 150)
๐ Hikmah dari Ayat Ini
✅ Kesabaran sangat penting dalam menghadapi ujian keimanan.
✅ Ketaatan kepada wahyu harus dijaga, tidak boleh dikompromikan.
✅ Kesalahan masa lalu menjadi pelajaran bagi umat Islam agar tidak mengulanginya.
Jamaluddin Al-Qasimiy rahimahullah menjelaskan:
"Dan ketika Musa kembali kepada kaumnya dalam keadaan marah dan sangat sedih, ia berkata: 'Amat buruk apa yang kalian lakukan setelah kepergianku. Apakah kalian tergesa-gesa dalam menjalankan perintah Rabb kalian?' Lalu ia melemparkan lempengan Taurat yang berisi wahyu dan memegang kepala saudaranya, Harun, dan menariknya kepadanya. Harun berkata:
'Wahai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah memperlemahku dan hampir saja mereka membunuhku. Janganlah engkau jadikan aku bahan ejekan bagi musuh-musuhku, dan janganlah engkau tempatkan aku bersama kaum yang zalim.'" (Al-A'raf: 150)
Dan ketika Musa kembali kepada kaumnya dalam keadaan marah dan sangat sedih, maksudnya adalah ia sangat marah kepada kaumnya karena telah menyembah anak lembu (patung) dan sangat sedih karena merasa kehilangan kesempatan untuk bermunajat (berdialog) dengan Tuhannya.
Ia berkata: "Amat buruk apa yang kalian lakukan setelah kepergianku," yaitu sangat buruk apa yang kalian kerjakan di belakangku, atau kalian bertindak menggantikan posisiku sebagai pemimpin, kalian menjadi penerusku setelah aku pergi.
Adapun kata-kata tersebut bisa ditujukan kepada penyembah anak lembu dari kalangan Samiri dan pengikut-pengikutnya, atau kepada pemimpin-pemimpin Bani Israil, yaitu Harun ‘alaihis salam dan orang-orang yang beriman bersamanya. Hal ini dapat dilihat dari apa yang dikatakan Harun ‘alaihis salam: "Gantilah aku di tengah kaumku" (Al-A'raf: 142).
Pada penafsiran ini, maksudnya adalah sangat buruk kalian menggantikanku dengan membiarkan penyembahan selain Allah.
Selanjutnya, Musa ‘alaihis salam menanyakan kepada mereka, "Apakah kalian tergesa-gesa dalam menjalankan perintah Rabb kalian?" yang dimaksud adalah mereka terburu-buru untuk melanggar janji dan batas waktu yang telah ditentukan oleh Allah selama empat puluh hari, yang semestinya mereka bersabar menunggu. Mereka merasa waktu yang lama untuk menunggu wahyu turun dari gunung, lalu mereka merencanakan untuk membuat patung anak lembu dan menyembahnya, serta melakukan kegiatan seperti bernyanyi, menari, makan, minum, dan bermain-main di sekitarnya sambil berkata: "Inilah Tuhan yang telah mengeluarkan kami dari Mesir." Kita berlindung kepada Allah.
๐ (Kitab Tafsir Mahasin At-Ta’wil, terbitan Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah Beirut, th. 1418 H, 5/187)
---
๐ Kesimpulan
๐ Hadits ini menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang paling sempurna, diberikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai pedoman umat Islam.
๐ Kisah Nabi Musa ‘alaihis salam mengajarkan kita bahwa ketaatan kepada Allah adalah kunci keselamatan. Jika umat terdahulu kehilangan wahyu akibat penyimpangan, maka kita harus lebih berhati-hati agar tetap berpegang teguh pada petunjuk-Nya.
๐ก Semoga Allah subhanahu wata’ala membimbing kita untuk memahami dan mengamalkan wahyu-Nya dengan benar.
๐ Wallahu a’lam.
---
๐ Silakan bagikan ilmu ini agar menjadi amal jariyah! ๐ฟ