![]() |
الحديث النبويّ الشريف
MAJELIS KAJIAN HADITS BERSAMA ZULKIFLI ZAKARIA
DI RUMAH SAKIT TAMAR MEDICAL CENTRE (TMC)
Jl. Basuki Rahmat No.1 Pariaman
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
BAHASAN HADITS TENTANG MENGIMANI AZAB KUBUR
Rabu, 9 Rabi’ul Akhir 1447 H / 1 Oktober 2025 M
Teks Hadits:
2308 - حَدَّثَنَا هَنَّادٌ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ قَالَ: حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ قَالَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بَحِيرٍ، أَنَّهُ سَمِعَ هَانِئًا، مَوْلَى عُثْمَانَ قَالَ: كَانَ عُثْمَانُ، إِذَا وَقَفَ عَلَى قَبْرٍ بَكَى حَتَّى يَبُلَّ لِحْيَتَهُ، فَقِيلَ لَهُ: تُذْكَرُ الجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلَا تَبْكِي وَتَبْكِي مِنْ هَذَا؟ فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ القَبْرَ أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الآخِرَةِ، فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ»
Telah menceritakan kepada kami Hannād (bin as-Sarī), ia berkata:telah menceritakan kepada kami Yaḥyā bin Ma‘īn, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Hisyām bin Yūsuf, ia berkata: telah menceritakan kepadaku ‘Abdullāh bin Baḥīr, bahwa dia telah mendengar Hāni’, bekas budak (‘mawlā’) ‘Utsmān berkata:
“Apabila ‘Utsmān bin ‘Affān radhiyallahu ‘anhu berdiri di sisi sebuah kubur, beliau menangis hingga membasahi janggutnya.
Lalu ada yang berkata kepadanya: ‘Engkau disebutkan tentang surga dan neraka, tetapi engkau tidak menangis; namun engkau menangis karena hal ini (kubur)?’
Maka beliau (‘Utsmān) menjawab: ‘Sesungguhnya Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ القَبْرَ أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الآخِرَةِ، فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ»
“Sesungguhnya kubur adalah pos pertama dari pos-pos akhirat. Jika seseorang selamat darinya, maka setelahnya lebih mudah daripada itu. Tetapi jika tidak selamat darinya, maka setelahnya lebih berat daripada itu.’”
(HR. At-Tirmidzī, no. 2308)
Pelajaran dari Hadits ini:
Kubur adalah tempat pertama dari tempat-tempat akhirat, dan azab kubur itu telah ditetapkan dengan nash-nash yang mutawatir dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam. Para sahabat radhiyallahu ‘anhum sangat memahami hal ini dengan baik.
Dalam hadits ini, tabi‘i Hāni’, mawla (bekas budak) ‘Utsmān bin ‘Affān radhiyallahu ‘anhu, berkata: ‘Apabila ‘Utsmān bin ‘Affān berdiri di atas kubur, beliau menangis hingga membasahi janggutnya,’ yakni karena derasnya air mata.
Lalu dikatakan kepadanya: ‘Disebutkan surga dan neraka, engkau tidak menangis. Tetapi engkau menangis karena ini (kubur)?’
Maka ‘Utsmān menjawab, menjelaskan sebab tangisannya di kuburan:
‘Sesungguhnya Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya kubur adalah tempat pertama dari tempat-tempat akhirat.’
Maksudnya: tempat pertama untuk ditanya, dihisab, dan diberi balasan (nikmat atau azab).
Menangisnya Utsmān hingga membasahi janggut menunjukkan tingkat khauf (rasa takut) yang tinggi dari seorang sahabat yang dijamin masuk surga. Ini juga pelajaran bahwa orang yang paling bertaqwa justru paling takut terhadap fitnah akhirat, karena semakin tinggi iman, semakin besar rasa takutnya kepada Allah.
Kata al-manzil bermakna “tempat singgah atau pemberhentian.”
Maksudnya, kubur adalah pos pertama setelah dunia menuju akhirat. Seseorang baru menyadari hakikat hidup setelah masuk ke alam barzakh. Maka, siapa yang selamat di sana, insya Allah akan mudah melewati pos-pos berikutnya.
-'Jika seseorang selamat darinya’ (dari hisab dan azab kubur), maka ‘apa yang sesudahnya (yaitu hisab, mahsyar, shirath, dll.) akan lebih ringan baginya.’
Artinya, bila ia mendapat nikmat kubur, itu pertanda keselamatan dari seluruh tahapan selanjutnya sampai ia masuk surga.
-'Jika ia tidak selamat darinya’ (yakni ia mendapat azab kubur), maka ‘apa yang sesudahnya akan lebih berat baginya.’
Artinya, itu pertanda bahwa ia tidak akan selamat dari azab tahap-tahap berikutnya di akhirat.
Yang dimaksud “selamat” adalah selamat dari fitnatul-qabr (ujian kubur: pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir) dan selamat dari azab. Sedangkan “tidak selamat” berarti gagal menjawab pertanyaan malaikat, serta mendapat azab sesuai amalnya.
‘Utsmān radhiyallahu ‘anhu juga menambahkan sabda Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam:
‘Aku tidak pernah melihat suatu pemandangan pun, kecuali bahwa kubur itu lebih mengerikan darinya.’
Ungkapan ‘pemandangan’ di sini bermakna tempat yang penuh kengerian dan kedahsyatan. Bagaimana tidak, kubur adalah rumah kesepian, keterasingan, kegelapan, dikerubungi ulat dan cacing, serta terputus dari amal shalih.
Karena itu, bekal berupa amal shalih, ketaatan, dan doa kepada Allah subhānahu wata’āla di dunia adalah sebab terbesar yang menyelamatkan dari azab kubur, serta meneguhkan seorang hamba ketika ditanya di dalamnya.
Allah subhānahu wata’āla berfirman:
{لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100)} [المؤمنون: 100]
“(Alangkah baiknya) sekiranya aku dapat kembali (ke dunia) agar aku mengerjakan amal yang saleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu hanyalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.”
(QS. Al-Mu’minun: 100)
Al-Mula ‘Ali al-Qārī rahimahullāh menulis:
“Dan sesungguhnya kubur itu menjadi yang paling dahsyat (menakutkan), karena ia merupakan awal dari siksaan (bagi yang mendapatkannya), akhir dari segala keterikatan dengan harta, anak, dan sahabat, puncak kembalinya manusia ke tempat kehinaan, kegelapan, kebingungan, keterperangan, kesepian, keterasingan, (penuh) ulat dan tanah, (di dalamnya) menyaksikan malaikat-malaikat azab, melihat perhitungan (amal), menanti terbukanya hijab, di mana pada saat itu tiada yang bermanfaat baginya kecuali Rabb al-Arbāb (Tuhan segala tuhan, yaitu Allah).”
(Mirqāt al-Mafātih, 1/215)
Hadits ini mengandung beberapa hal penting:
1. Peringatan keras (tarhīb) dari azab kubur.
2. Dalil kuat bahwa iman kepada nikmat dan azab kubur termasuk bagian dari rukun iman kepada hari akhir. Menolak atau meragukannya berarti menyelisihi ijma‘ Ahlus Sunnah.
3. Para sahabat sangat takut terhadap azab kubur, meskipun mereka telah dijanjikan surga.
4. Kubur adalah gerbang pertama akhirat: siapa yang selamat darinya, selamatlah ia; siapa yang binasa di dalamnya, maka sesudahnya lebih dahsyat dan mengingat akhirat, bukan sekedar tradisi.
5. Umat Islam hendaknya memperbanyak ziarah kubur dengan tujuan tadabbur.
6. Menunjukkan urgensi khauf (takut kepada Allah) yang menumbuhkan amal shalih.
7. Isyarat agar kaum muslimin memperhatikan amal shalih yang terus mengalir manfaatnya ke alam kubur, sebagaimana disebutkan dalam hadits tentang tiga amal jariyah: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan.
Dengan penjelasan ini, kita memahami bahwa kubur bukan sekadar liang tanah, melainkan awal perjalanan panjang menuju akhirat. Karena itu, memperbanyak istighfar, amal shalih, dan doa perlindungan dari azab kubur adalah amal yang sangat ditekankan.
Wallāhu a’lam