![]() |
MU-ONLINE, -- Main gerak cepat. Setelah bersua dengan Syekh H. Syahril Luttan Tuanku Kuniang, Kamis kemarin, Prof Duski Samad, Ketua Yayasan Islamic Center STIT Syekh Burhanuddin bersama Yayasan Pesantren Luhur Syekh Burhanuddin, bertemu di Pantai Katapiang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sabtu 30 Agustus 2025.
Tentu pertemuan yang panjang ini, merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Setelah Khalifah ke 15 Syekh Burhanuddin itu memberikan mandat sepenuhnya ke Duski Samad, tentang penting dan perlunya hadir buku "Warisan Hidup Syekh Burhanuddin".
Mandat tak tertulis, tapi punya nilai historis dan kultur, serta tanggung jawab moral untuk memuliakan Syekh Burhanuddin. Duski Samad, ulama yang akademisi ini merasa punya beban moral tersendiri untuk menjadikan nilai-nilai Syekh Burhanuddin itu menjadi abadi dan berkesinambungan.
Dari Yayasan Islamic Center STIT Syekh Burhanuddin, di samping Duski Samad, hadir Ali Amran, Asril Kalis, Dr. Zalkhairi, anggota DPRD Padang Pariaman Hasan Basri, Ketua STIT Dr. Neni Triana bersama sejumlah staf.
Sementara, dari Yayasan Pesantren Luhur Syekh Burhanuddin, hadir Amsaidi Luttan Tuanku Khalifah, H. Yusrizal, Ismael dan lainnya.
Pertemuannya santai tapi serius. Di sebuah tempat nan asri dan nyaman. Meski deburan ombak Katapiang agak sedikit menghebohkan, namun tidak mengurangi dari isi kegiatan.
Sajian makan siang RM Nara dengan khas kampung, seperti menambah mantap materi duski dan duduk persoalan yang menjunjung tinggi nama besar Syekh Burhanuddin. Apalagi, pasca selesainya buku itu nantinya, STIT Syekh Burhanuddin akan membahasnya secara dunia internasional.
Oleh Duski Samad, masing-masing pembahasan dalam buku itu nantinya, sudah didudukan para penulisnya. Ada lima isi warisan hidup Syekh Burhanuddin itu, yakni surau, Syattariyah, Khalifah, Basapa dan rekognisi.
Pembahasan selesai. Hasilnya, kedua lembaga itu punya gawe masing-masing, untuk segera mewujudkan cita-cita bersama dan impian narasi dan edukasi dari lima warisan hidup Syekh Burhanuddin.
Difasilitasi oleh Yayasan Pesantren Luhur Syekh Burhanuddin, nantinya naskah kerjasama akan ditandatangani di Jakarta. Selesai naskah buku, Yayasan Islamic Center STIT Syekh Burhanuddin mengadakan seminar internasional, membahas naskah itu dengan pakar dan akademisi dunia Islam.
Tak terasa perjalanan waktu terus berputar. Kerambil muda ini sudah habis. Kopi pun tiba, tapi setelah kajian Syekh Burhanuddin kami tuntaskan dengan masing-masing komponen memikul tanggung jawab. (ad)