![]() |
Oleh: Prof. Duski Samad Tuanku Mudo
Di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, Tarekat Syattariyah memiliki akar yang kuat dan silsilah yang tersambung kepada Syekh Burhanuddin Ulakan, pelopor tarekat Syattariyah di Minangkabau. Berikut ini informasi tentang beberapa syekh atau tuanku tarekat Syattariyah di Kuantan Singingi yang dikenal memiliki sanad keilmuan dan spiritual yang bersambung dengan Syekh Burhanuddin:
1. Tuanku Syekh H. Abdul Wahid Sijunjung → Kuansing
Beliau adalah tokoh penting dalam penyebaran tarekat Syattariyah dari Minangkabau ke kawasan Riau.
Murid-murid beliau membawa ajaran tarekat ke wilayah Kuansing, termasuk melalui jalur Surau Surantih dan Surau Tanjung.
Sanadnya bersambung kepada Syekh Burhanuddin melalui mata rantai Syekh Muhammad Ali Hanafiah dan guru-guru PERTI/MTI di Minangkabau.
2. Tuanku Syekh Abdul Samad (Lubuk Jambi, Kuansing)
Salah satu mursyid tarekat Syattariyah yang cukup dikenal di Kuansing.
Mengembangkan pendidikan dan tarekat di wilayah Lubuk Jambi dan sekitarnya.
Mengadakan ratib, suluk, dan zikir secara rutin di surau-surau lokal.
Sanad beliau diyakini bersambung ke Ulakan melalui jalur mursyid Minangkabau yang bermukim di perbatasan Riau–Sumbar.
3. Tuanku Syekh Kuantan Lama / Surau Gunung
Wilayah Kuantan Lama dan Pucuk Rantau dikenal sebagai pusat awal penyebaran tarekat Syattariyah di Kuansing.
Beberapa surau tua menyimpan manuskrip atau manakib Syekh Burhanuddin dan wirid-wirid khas Ulakan.
Tradisi maulid, manasik suluk, dan malam nisfu Sya’ban dilakukan dalam pola ajaran Syattariyah Minangkabau.
Sanad dan Silsilah Umum
Sanad umum para syekh di Kuantan Singingi biasanya mengikuti rantai berikut:
> Syekh Burhanuddin Ulakan
→ Syekh Muhammad Ali Hanafiah
→ Syekh Syamsuddin Kubu atau Tuanku Ampalu
→ Tuanku Nan Tuo / Tuanku Tambusai (juga pengaruh ke Riau)
→ Syekh-syekh di Kuantan seperti Syekh Abdul Samad, Syekh Kuantan Lama, dst.
Ciri Khas Ajaran Tarekat Syattariyah di Kuansing
Suluk dilakukan secara musiman, biasanya di bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadan.
Dzikir Syattariyah: La ilaha illallah dengan metode tertentu dan wirid harian.
Tradisi ratib, tahlil, kenduri syukuran, dan wirid malam Jumat masih kental.
Ada mazhab fikih Syafi’i dan tasawuf sunni yang kuat dalam pendidikan surau.