![]() |
زَمْزَمٌ لَا يَنْضُبُ وَضِيَافَةٌ لَا تَنْفَدُ
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Sore ini, aku menunaikan shalat Ashar di pelataran luar Masjidil Haram, tepat di hadapan Pintu 86. Di hadapanku menjulang megah pintu masjid, sementara di belakangku berdiri Hotel Makkah Towers.
Usai shalat, aku tetap berada di area yang diblokir dengan pagar-pagar plastik. Malam ini adalah malam Jumat, dan seperti yang telah menjadi kebiasaan, Masjidil Haram akan dipenuhi lautan manusia, terlebih dalam bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Tak lama kemudian, para petugas mulai memasang sutrah hijau dan putih di shaf-shaf shalat, sebagai tanda tempat diletakkannya paket-paket ifthar untuk para tamu Allah yang berpuasa. Saat waktu menunjukkan pukul setengah enam, mereka pun membagikan paket-paket tersebut kepada setiap orang yang duduk menghadap sutrah.
Ketika jam enam menjelang, kurang lebih setengah jam sebelum adzan Maghrib berkumandang, sebuah termos air Zamzam diletakkan di ujung shaf di sebelah kananku. Seketika, orang-orang bergegas mengambilnya. Ada yang mengambil beberapa gelas sekaligus, ada pula yang mengisi botol-botol kecil. Puluhan tangan berebut meraih berkah dari air yang suci ini.
Aku tidak turut berebut, meskipun sangat membutuhkan. Aku tetap duduk di tempatku. Tiba-tiba, seseorang yang berbahasa Urdu menyodorkan segelas Zamzam kepadaku. Ia tersenyum, lalu meminta temannya untuk mengambilkan satu gelas lagi untuk dirinya.
Aku mengira air dalam termos itu akan segera habis. Namun, ternyata masih ada. Aku tertegun, merenungi keberkahan yang ada di dalamnya. Hingga setelah banyak orang mengambilnya, seorang remaja petugas pendistribusian ifthar turun tangan. Ia mulai mengambil gelas demi gelas untuk diberikan kepada yang masih menunggu. Barulah setelah itu, termos tersebut benar-benar kosong.
Suatu hal yang wajar jika banyak orang berlomba-lomba mendapatkan Zamzam untuk berbuka, meskipun dalam paket ifthar sudah ada air mineral. Sebab, Zamzam bukanlah air biasa.
Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang Zamzam:
إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ، إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ
"Sesungguhnya ia diberkahi, sesungguhnya ia adalah makanan yang mengenyangkan."
(HR. Muslim no. 2473)
Ath-Thayalisi menambahkan dalam salah satu riwayatnya:
وَشِفَاءُ سُقْمٍ
"Dan penyembuh dari penyakit."
(HR. Ath-Thayalisi no. 61)
Air Zamzam dapat menggantikan makanan dan menyembuhkan penyakit, tetapi dengan kejujuran dan keyakinan. Hal ini terbukti dari kisah Abu Dzar al-Ghifari radhiyallahu 'anhu yang mampu bertahan di Makkah selama sebulan hanya dengan meminum Zamzam.
Keberkahan sejatinya adalah bertambahnya kebaikan. Dalam bahasa Arab, kata yang berakar sama dengan "barakah" adalah "birkah," yang berarti kolam atau tempat air yang senantiasa bisa diambil kembali.
Keberkahan juga terjadi dalam banyak peristiwa di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Salah satunya adalah kisah seorang sahabat Anshar yang menjamu tamu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan penuh pengorbanan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
أَتَى رَجُلٌ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَقالَ: يا رَسولَ اللَّهِ، أصَابَنِي الجَهْدُ، فأرْسَلَ إلى نِسَائِهِ فَلَمْ يَجِدْ عِنْدَهُنَّ شيئًا، فَقالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: ألَا رَجُلٌ يُضَيِّفُهُ هذِه اللَّيْلَةَ، يَرْحَمُهُ اللَّهُ؟ فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الأنْصَارِ فَقالَ: أنَا يا رَسولَ اللَّهِ، فَذَهَبَ إلى أهْلِهِ، فَقالَ لِامْرَأَتِهِ: ضَيْفُ رَسولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ لا تَدَّخِرِيهِ شيئًا، قالَتْ: واللَّهِ ما عِندِي إلَّا قُوتُ الصِّبْيَةِ، قالَ: فَإِذَا أرَادَ الصِّبْيَةُ العَشَاءَ فَنَوِّمِيهِمْ، وتَعَالَيْ فأطْفِئِي السِّرَاجَ ونَطْوِي بُطُونَنَا اللَّيْلَةَ، فَفَعَلَتْ، ثُمَّ غَدَا الرَّجُلُ علَى رَسولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فَقالَ: لقَدْ عَجِبَ اللَّهُ عزَّ وجلَّ - أوْ ضَحِكَ - مِن فُلَانٍ وفُلَانَةَ فأنْزَلَ اللَّهُ عزَّ وجلَّ:
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاص
"Seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata, 'Wahai Rasulullah, aku sedang mengalami kesulitan.' Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengirim utusan kepada istri-istrinya, tetapi beliau tidak mendapatkan sesuatu pun di sisi mereka. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Siapa yang mau menjamu tamu ini malam ini? Semoga Allah merahmatinya.'
Lalu seorang lelaki dari kaum Anshar berdiri dan berkata, 'Saya, wahai Rasulullah.' Maka ia pun pergi menemui istrinya dan berkata, 'Ini adalah tamu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Janganlah engkau menyisakan apa pun untuk diri kita.'
Istrinya menjawab, 'Demi Allah, aku tidak memiliki apa-apa kecuali makanan untuk anak-anak kita.'
Lelaki itu berkata, 'Jika anak-anak ingin makan malam, tidurkanlah mereka. Lalu matikanlah lampu dan kita tahan lapar malam ini.' Maka sang istri pun melakukannya.
Keesokan paginya, lelaki tersebut menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau bersabda, 'Sungguh Allah takjub – atau tertawa – karena perbuatan si fulan dan istrinya.'
Kemudian Allah menurunkan ayat:
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
'Dan mereka lebih mengutamakan (orang lain) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.' (QS. Al-Hasyr: 9)."
(HR. Al-Bukhari no. 4889)
Betapa indahnya ajaran Islam. Zamzam mengajarkan kita bahwa keberkahan bukan sekadar tentang jumlah yang banyak, tetapi tentang keberlanjutan manfaatnya. Seperti halnya sahabat Anshar yang mendahulukan tamunya, mereka tak hanya berbagi makanan, tetapi juga berbagi keberkahan yang kelak Allah subhanahu wata'ala lipatgandakan.
Begitulah keberkahan. Sedikit menjadi cukup, cukup menjadi berlebih. Yang tampaknya habis, ternyata masih ada. Yang seolah lenyap, justru bertambah.
Semoga Allah subhanahu wata'ala menganugerahkan keberkahan dalam setiap rezeki yang kita terima, dalam ilmu yang kita pelajari, dalam keluarga yang kita bina, serta dalam kehidupan kita di dunia dan akhirat.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا، وَزِدْنَا مِنْ فَضْلِكَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الشَّاكِرِينَ
"Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang Engkau berikan, tambahkanlah kepada kami dari karunia-Mu, dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bersyukur."
Amiin,wahai Rabb Pemilik Ramadhan dan Pemilik Al Qur'an.
Masjidil Haram, Makkah, Kamis, 14 Ramadhan 1446 H / 14 Maret 2025 M
Zulkifli Zakaria
Tulisan ini bisa dibaca di:
http://mahadalmaarif.com