![]() |
دُعَاءُ الْخَلِيْلِ فِي بِلَادِ التَّوْحِيْدِ
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Sore ini, aku memasuki lokasi perluasan baru Masjidil Haram dengan niat berbuka puasa, melaksanakan shalat Maghrib, dan mengikuti shalat Tarawih. Di pelataran masjid, aku menerima paket berbuka yang dibagikan kepada para tamu Allah. Di kulit plastiknya tertulis:
مَشْرُوع الْسِقَايَة وَالرِّفَادَة لِضُيُوفِ الْبَيْتِ الْحَرَام
"Proyek Pemberian Minum dan Makan untuk Tamu-Tamu Baitullah."
Di dalamnya ada sebotol air dingin, sekotak kecil jus apel, sebungkus roti, sebuah kue bolu mungil, dan tiga butir kurma bercampur madu.
Aku tak menghitung sudah berapa kali aku datang ke Masjidil Haram dalam perjalanan membimbing jamaah umrah. Namun, selama ini aku jarang shalat di area perluasan, lebih memilih berada dekat lokasi thawaf, menikmati kedekatan dengan Ka’bah. Kali ini, aku memutuskan untuk mencoba pengalaman berbeda.
Aku masuk ke tempat wudhu baru, menaiki eskalator yang justru menurun ke lantai bawah. Bangunan ini begitu megah, dirancang dengan presisi yang mengagumkan. Aku membatin, “Tak ada bandingannya di dunia.”
Ketika menuju toilet, aku mendapati sistem moderen. Kran wastafel dan toilet menggunakan hemat sendiri. Air baru mengalir jika didekat tombol, lalu berhenti setelah mengalirkan seukuran tertentu. Semua serba teratur, tanpa pemborosan. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga cermin kebijaksanaan dalam pengelolaan sumber daya.
Di area wudhu, ada sesuatu yang menarik perhatianku. Tak seperti kran pada umumnya, di sini air hanya mengalir saat tombolnya ditekan, lalu berhenti dalam takaran tertentu. Aku menekan tombol dua kali hingga wudhuku sempurna, menyadari bahwa bahkan dalam limpahan nikmat, setiap tetes air tetap dihitung dengan bijak.
Usai berwudhu, aku mengikuti petunjuk "Exit, Al-Khuruj" (keluar) menuju pelataran dalam Masjid. Lantai luas tanpa atap dan tanpa karpet ini hampir penuh oleh shaf-shaf jamaah dari berbagai bangsa. Aku mencari celah kosong, lalu membentangkan sajadah—sebuah hadiah dari mendiang Ahmad Saifullah rahimahullah.
Duduk menghadap kiblat, aku memperbanyak doa di tengah kelelahan dan dahaga yang sangat menggigit setelah seharian menjalankan tugas sebagai tour leader.
Sambil menunggu waktu berbuka, aku menyempatkan video call dengan keluarga di Pariaman. Suara adzan Maghrib tiba-tiba berkumandang. Aku segera mengakhiri panggilan, mengambil kurma, lalu berbuka dengan membaca:
بِسْمِ اللّٰهِ ذَهَبَ الظَّمَأُ وَاحْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللّٰهُ
"Dengan nama Allah. Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan pahala telah tetap, insyaAllah."
Beberapa menit kemudian, iqamah dikumandangkan. Aku berdiri. "Allahu Akbar..." Suara khas Syaikh 'Abdurrahman As-Sudais hafizhahullah menggema. Dalam dua rakaat shalat Maghrib ini, setelah Al-Fatihah, beliau membaca firman Allah subhanahu wata'ala dalam Surah Ibrahim:
وَإِذْ قَالَ إِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ أَنْ نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, 'Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.'"
**رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِۚ فَمَنْ تَبِعَنِيْ فَإِنَّهٗ مِنِّيْۚ وَمَنْ عَصَانِيْ فَإِنَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Ya Rabb-ku, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Barang siapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang."
رَبَّنَا إِنِّيْ أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْ إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ
"Wahai Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, wahai Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur."
رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِيْ وَمَا نُعْلِنُۗ وَمَا يَخْفٰى عَلَى اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍ فِى الْأَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاءِ
"Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami tampakkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit."
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ وَهَبَ لِيْ عَلَى الْكِبَرِ إِسْمٰعِيْلَ وَإِسْحٰقَۗ إِنَّ رَبِّيْ لَسَمِيْعُ الدُّعَاءِ
"Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sungguh, Rabb-ku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa."
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
"Ya Rabb-ku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, wahai Rabb kami, perkenankanlah doaku."
رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ ؑ
"Wahai Rabb ami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan pehitungan (hari Kiamat)."
(QS. Al-Bararah: 32-41)
Ayat-ayat ini membuatku semakin terhubung dengan tanah tempat aku bersujud. Inilah negeri yang dahulu hanya lembah gersang, kini menjadi pusat cahaya Islam. Sebahagian do'a Nabi Ibrahim 'alaihis salam telah nyata.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Makkah, ada satu nama hotel yang membekas dalam ingatan: Hotel Darut Tauhid (Hotel Negeri Tauhid). Aku terkejut ketika pertama kali menginjak bumi Masjidil Haram pada Desember 2004 lalu. Nama yang seakan mengingatkan pada inti risalah para Nabi. Dan kemarin, aku berbuka di pelatarannya.
Dalam sejuknya angin malam Makkah dan suara helikopter pengawas yang sesekali melintasi langit Masjidil Haram malam ini, aku termenung. Sejarah dan doa bertaut dalam satu garis yang tak terputus. Kita, para peziarah Baitullah, adalah bagian dari doa Khalilullah yang dikabulkan. Dan kini, aku duduk di negeri Tauhid, menikmati butir-butir berkah dari doa seorang ayah untuk anak cucunya.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ عُمْرَتَنَا مَبْرُورَة ، وَسَعْيَنَا مَشْكُورًا، وَذَنْبَنَا مَغْفُورًا، وَعَمَلَنَا صَالِحًا مَقْبُولًا، وَتِجَارَتَنَا لَنْ تَبُوْرَ
"Ya Allah, jadikanlah umrah kami sebagai haji yang mabrur, sa’i kami sebagai sa’i yang diterima, dosa kami sebagai dosa yang diampuni, amal kami sebagai amal yang shalih dan diterima, serta perdagangan kami sebagai perdagangan yang tidak merugi."
Amiin.
Masjidil Haram, Makkah, Rabu, 6 Ramadhan 1446 H / 6 Maret 2025 M
Zulkifli Zakaria
Tulisan ini bisa dibaca di:
http://mahadalmaarif.com