![]() |
Dokumentasi Haul ke 28 Muassis Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan, Syekh H. Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, Sabtu 21 Desember 2024 malam. |
MU-ONLINE -- Tahun ini, sepertinya tahun yang harinya persis sama dengan saat beliau Syekh H. Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, sang pendiri Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan wafat 28 tahun yang silam.
1908-1996, adalah masa beliau hadir dan mengabdi di tepian Sungai Batang Ulakan itu. Sabtu 21 Desember 2024, keluarga besar Madrasatul 'Ulum melakukan peringatan tahunan itu.
Peringatan haul ini tentu setidaknya bagian dari "menghidupkan" beliau. Ziarah dan tahlil bersama di komplek makam beliau.
Lalu setelah tahlilan dilanjutkan dengan tausiyah dan diskusi. Tausyiah oleh Tuanku Afredison, alumni Madrasatul 'Ulum dari Koto Baru, Padang Sago yang sedang anggota DPRD Kabupaten Padang Pariaman.
Di komplek makam pas di belakang bangunan utama pondok pesantren yang berdiri sejak 1940 ini, ada tiga makam. Di samping beliau dan istrinya Hj. Uwai Gadis, juga ada Syekh H. Marzuki Tuanku Labai Nan Basa.
Sementara yang bagian dari muassis Madrasatul 'Ulum juga ada yang bermakam tidak di komplek itu, yakni H. Iskandar Tuanku Mudo dan Buya Buchari Rauf. Namun, dalam menyebutkan kegiatan haul tetap menjadi bagian dari pesantren ini.
Adab ke guru dan ciri khas Madrasatul 'Ulum
Tuanku Afredison dalam tausiyahnya menyampaikan, pentingnya menjaga adab ke guru dan mewarisi ciri khas Madrasatul 'Ulum. "Adab di atas ilmu. Setinggi dan sehebat apapun ilmunya, kalau adab kurang, jangan harap ilmu akan berkah," katanya.
Madrasatul 'Ulum terkenal dan mashur dengan itu. Ketinggian adab tak terlepas dari budaya dan tradisi muzakarah yang sering dilakukan di Lubuk Pandan ini.
"Dulu, mempelajari kitab baru yang belum pernah dikaji, hanya lewat mengajar dan diskusi atau muzakarah," ulas dia.
Kemudian, sebagai guru tuo di pondok, pihaknya sering melakukan komunikasi dan silaturahmi dengan alumni yang mengajar di luar.
Sejak awal di pondok ini, Buya telah mendoakan. Bahkan sering didoakannya. "Awak kalau di sini "pantau", tapi di kampung jadi "gariang".
Nah, kata-kata demikian adalah doa dan pengakuan langsung dari Buya. "Betapa kita sepulang dari pondok, mau jadi tuanku atau tidak, doa Buya menjamin kita jadi orang berguna di tengah masyarakat," ungkapnya.
Tak heran, lulusan Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan menggeluti berbagai profesi dan kegiatan di tengah masyarakat. "Ada yang jadi dosen, guru, membuat perguruan, jadi pegawai, anggota dewan, dan lainnya," katanya.
Afredison menekankan, pentingnya rasa optimis dan semangat ditanamkan dalam diri dalam menuntut ilmu di pondok ini.
Kemudian, ciri khas Madrasatul 'Ulum, adalah tidak pernah meninggalkan shalat berjemaah. Tiap waktu shalat lima waktu, selalu berjemaah.
"Buya, kemana saja beliau pergi, selalu membawa seorang santri. Tak pernah dia jalan sendiri. Gunanya, tiba waktu, tak ada shalat berjemaah di sebuah surau dan masjid itu, dia bisa berjemaah dengan santri," ulas Afredison.
Makanya, peraturan membangunkan santri saat Subuh harus terus berjalan dengan kondisinya. Sebab, di samping itu aturan yang dibuat sejak dulu, kegiatan demikian juga ibadah.
"Yang membangunkan dapat nilai ibadah, yang dibangunkan juga menjadi ibadah," sebutannya.
Kontributor: ad tuanku mudo