![]() |
Suasana diskusi ringan dalam pengembangan MU Online di masa depan. (ist) |
MU-ONLINE -- Pada hari Rabu, tanggal 14 Agustus 2024, sekitar pukul 16.50 WIB, suasana di Kantor Redaksi MU Online di Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuak Pandan terasa hening namun penuh dengan aura keseriusan.
Langit sore di Korong Kampung Guci, Nagari Lubuak Pandan, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, mulai berwarna keemasan, menandakan waktu menjelang Magrib.
Di dalam kantor yang sederhana namun penuh makna itu, Buya Damanhuri Tuanku Mudo, Pimpinan Redaksi MU Online, duduk dengan tenang di meja panjang yang biasa digunakan untuk rapat.
Di hadapannya, lima tokoh penting yang juga merupakan kontributor tetap MU Online hadir dengan penuh semangat. Mereka adalah Titip Elyas Tuanku Sulaiman, Ismael Hasan Tuanku Bagindo, Aldi Candra Tuanku Katik Majoindo, Dayat Desmanto Tuanku Sutan Marajo Mudo, dan dua rekan lainnya, Abdurrahman serta Ridwan Taufik Hidayat.
Topik pembicaraan sore itu adalah arah dan visi baru dari MU Online, sebuah media digital yang berfokus pada penyebaran dakwah Islam dan pendidikan yang telah menjadi rujukan utama bagi masyarakat sekitar.
Buya Damanhuri membuka diskusi dengan senyum tenangnya, mengisyaratkan rasa hormat kepada rekan-rekannya.
"Sahabat-sahabat sekalian, kita semua tahu bahwa tantangan dakwah di era digital ini semakin kompleks," Buya Damanhuri memulai pembicaraan. "MU Online harus menjadi lebih dari sekadar media, tapi juga sebagai wadah yang mampu menginspirasi dan membimbing umat."
Titip Elyas, dengan wajah yang penuh semangat, segera menimpali, "Saya setuju, Buya. Kita perlu memperbanyak konten yang tidak hanya informatif tapi juga menyentuh hati, seperti kisah-kisah inspiratif para ulama dan tokoh masyarakat yang jarang tersorot."
Ismael Hasan Tuanku Bagindo, yang selama ini dikenal sebagai penulis opini andalan, menambahkan, "Mungkin kita juga bisa lebih banyak mengangkat isu-isu lokal yang relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitar sini. Kadang-kadang kita terlalu fokus pada isu nasional, padahal banyak hal di sekitar kita yang perlu perhatian."
Aldi Candra Tuanku Katik Majoindo, yang memiliki latar belakang di bidang teknologi, menyarankan agar MU Online lebih aktif di platform media sosial dan video. "Anak-anak muda sekarang lebih banyak menghabiskan waktu di YouTube dan TikTok. Kita bisa memanfaatkan platform tersebut untuk dakwah, mungkin dengan konten yang lebih ringan tapi tetap sarat makna."
Sementara itu, Dayat Desmanto Tuanku Sutan Marajo Mudo, yang terkenal dengan pengetahuannya dalam bidang sejarah Islam, mengusulkan adanya rubrik khusus yang mengulas perjalanan sejarah Islam di Minangkabau. "Ini penting, Buya, agar generasi muda kita tidak melupakan akar sejarah dan budaya kita yang kaya."
Buya Damanhuri mengangguk setuju, mendengarkan dengan seksama setiap masukan dari para kontributor. Diskusi berjalan lancar, sesekali diselingi tawa ringan ketika ada yang menyampaikan ide-ide yang segar dan unik.
Namun, suasana kembali khidmat ketika waktu hampir menunjukkan Magrib. Buya Damanhuri menyimpulkan, "Baiklah, kita sudah memiliki banyak ide dan masukan yang sangat baik. Saya harap setelah ini kita bisa segera merealisasikannya dalam bentuk yang konkret. Mari kita tuntaskan dulu bincang-bincang ini dengan doa, semoga Allah meridhai setiap langkah kita."
Seketika, alunan adzan Magrib mulai terdengar dari pondok pesantren. Suara yang merdu itu menjadi penutup yang sempurna untuk pertemuan sore itu, membingkai harapan baru untuk MU Online di bawah langit Lubuak Pandan yang semakin gelap namun penuh berkah.
Catatan: titip elyas