![]() |
H. Abdurrahman Tuanku Labai Basa, alumni Madrasatul 'Ulum yang sejak kecil tinggal di Lubuk Alung. (foto: ad tuanku mudo) |
MU-ONLINE -- Pakai sarung dalam keseharian, sepertinya sudah menjadi kebiasaan bagi H. Abdurrahman Tuanku Labai Basa.
Apalagi mengikuti berbagai momen kegiatan di Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan, tuanku yang terkenal qori ini tak pernah tidak pakai sarung dan sehelai serban yang melilit di bahunya.
Sarungnya kokoh, sekokoh daya tahannya terhadap gelombang hidup yang kian tak menentu. Sarung bagi Abdurrahman Tuanku Labai Basa tak sekedar lambang sebagai orang siak.
Sarung sudah menjadi kebutuhan dalam kesempurnaan ibadah. Melambangkan keluasan pikiran, kuat dalam pendirian, dan tentunya menjadi tempat mengadu oleh masyarakat, dalam berbagai hal problem kehidupan.
Sejak kecil ia tinggal di Lubuk Alung, tentunya dia tak merasa asing oleh masyarakat setempat. Dari Pungguang Kasiak, kini Abdurrahman Tuanku Labai Basa tinggal di Kayu Gadang Lubuk Alung.
Panas Lubuk Alung sepertinya sudah tidak asing lagi bagi Abdurrahman Tuanku Labai Basa ini. Dia sudah serasa orang Lubuk Alung.
Alek baik dan alek buruk, menjadi gelombang sosial dalam hidup dan kehidupannya tinggal di daerah rantau itu. Hampir semua tokoh masyarakat Lubuk Alung kenal dan mengenal seorang Abdurrahman Tuanku Labai Basa.
"Saya tak pernah menetap di Lubuk Pandan. Hanya berulang seminggu sekali, dibawa oleh Tuanku Khatib Marjohan," cerita Abdurrahman, Ahad 21 Juli 2024 di Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan.
Tuanku Khatib Marjohan almarhum, adalah alumni Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan yang lama mengajar dan tinggal di Taluak Balibi, Pungguang Kasiak Lubuk Alung.
Di tahun 1960 an, Tuanku Khatib Marjohan asal Singgalang, Tanah Datar ini terkenal sebagai santri hebat, alim dan mahir dengan kajian kitab kuning.
Diminta mengajar di Taluak Balibi, sampai memiliki anak siak yang ramai. Di samping tentunya anak-anak Taluak Balibi, anak siak dari luar daerah banyak mengaji di Taluak Balibi ini.
Terutama dari Singgalang, Tanah Datar. Termasuk Abdurrahman Tuanku Labai Basa ini salah satunya.
Dalam mengajar di Taluak Balibi, Tuanku Khatib Marjohan tak pernah absen mengaji sekali seminggu ke Lubuk Pandan.
Berulang ke Lubuk Pandan ini, Abdurrahman Tuanku Labai Basa sering diangkutnya. Sepertinya, kebiasaan Tuanku Khatib Marjohan sama dengan pendiri Madrasatul 'Ulum, Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, yang kalau keluar dari surau, selalu membawa dan mengajak seorang anak siak.
Gunanya, disamping untuk kawan, adalah untuk jadi makmum, ketika masuk waktu shalat. Itulah perjalanan hidup Tuanku Khatib Marjohan dulunya.
Lama mengaji di Taluak Balibi dengan Tuanku Khatib Marjohan, Abdurrahman Tuanku Labai Basa disuruh tinggal di Ambacang.
Ya, tinggal di surau, mengajar anak-anak mengaji, dan memimpin jemaah surau yang terdiri dari masyarakat lingkungan.
Ambang tak jauh dari Taluak Balibi. Masih dalam Nagari Pungguang Kasiak Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman.
"Sekitar dua tahun di Ambacang, saya pindah ke Surau Kelok. Masih di Pungguang Kasiak arah berbalik ke Taluak Balibi dari Ambacang," ulas Abdurrahman Tuanku Labai Basa.
Di Surau Kelok, Abdurrahman Tuanku Labai Basa sudah tinggal bersama keluarga. Mengelola anak-anak mengaji Quran sampai pandai berirama.
Tak heran, hasil didikan Abdurrahman Tuanku Labai Basa ini, sering mewarnai di ajang MTQ, baik tingkat nagari, sampai tingkat nasional.
Abdurrahman Tuanku Labai Basa terkenal sebagai guru mengaji yang ramah. Mudah senyum, jarang berang, membuat masyarakat banyak yang dekat dengan Abdurrahman Tuanku Labai Basa ini.
Kini Abdurrahman Tuanku Labai Basa bersama keluarganya tinggal di Kayu Gadang, Nagari Lubuk Alung, memimpin jemaah dan anak-anak mengaji di Masjid Raya Baiturrahmah.
Pewarta: AD Tuanku Mudo