![]() |
Mobil Pajero Sport. (foto titip elyas) |
MU-ONLINE--Pada hari Rabu, 29 Mei 2024, pukul 13.46 WIB, telepon WhatsApp saya berbunyi. Di layar terpampang nama Buk Bidan Opet. Dengan cepat, saya menjawab panggilannya, tak menyangka akan ada berita penting yang disampaikannya.
“Assalamu'alaikum,” suara Buk Bidan Opet terdengar tegas namun sedikit cemas.
“Wa'alaikumussalam, Buk. Ada apa, Buk?” saya menjawab dengan penasaran.
Buk Bidan Opet segera membeberkan maksud panggilannya. Ia meminta nomor kontak Buya H. Zainuddin Tuanku Bagindo Basa dan meminta saya menghubungi Abdurrahman Tuanku Majolelo, yang akrab disapa Tuo Paman. Setelah lama berbincang melalui WhatsApp, saya memberanikan diri untuk bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi, Buk?”
Dengan nada serius, Buk Bidan Opet menjelaskan, “Ada yang mau menjemput anak Buya H. Tuanku Bagindo Basa yang bernama Ari, dan anak Tuo Paman dengan mobil Pajero Sport. Katanya mereka akan belajar di pondok pesantren milik Ustadz Adi Hidayat di Jawa. Tapi, saya sudah menghubungi orang kepercayaan Ustadz Adi Hidayat, dan itu ternyata penipuan.”
Mendengar hal itu, saya merasa harus bertindak cepat. "Baiklah, Buk. Biar saya hubungi Buya H. Zainuddin Tuanku Bagindo Basa dulu," jawab saya tegas. Setelah beberapa menit berbicara, saya mengakhiri panggilan sementara dengan Buk Bidan Opet.
Pukul 13.56 WIB, saya menghubungi Afrizal Arif Tuanku Mudo, yang biasa dipanggil Tuo Zal, melalui WhatsApp selama dua menit. Saya segera memberitahukan Tuo Zal agar melarang Ari dan anak Tuo Paman untuk menerima jemputan dari orang yang membawa mobil Pajero Sport.
Tuo Zal langsung bergerak cepat. Ia menghubungi Buya Basa dan tak lama kemudian memberi kabar kembali kepada saya.
“Anak Buya Basa itu di Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua saja, tidak kemana-mana. Tapi coba hubungi Tuo Paman, mungkin ia belum tahu soal ini,” katanya.
Saya mencoba menghubungi Tuo Paman, namun panggilan saya tak diangkat. Tidak putus asa, saya kembali menghubungi Buk Bidan Opet dan menghubungkan beliau dengan Tuo Zal. Dalam percakapan itu, Buk Bidan Opet meminta Ayang Des, seorang bidan desa yang kebetulan ada di sampingnya, untuk berbicara langsung dengan Tuo Zal.
Ayang Des menjelaskan dengan jelas, “Informasi tentang penjemputan anak Buya H. Tuanku Bagindo Basa dan anak Tuo Paman adalah penipuan. Harap berhati-hati dan jangan mudah percaya.” Tuo Zal setuju dan menegaskan kembali bahwa anak Buya H. Tuanku Bagindo Basa hanya berada di pondok pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua.
Beberapa menit kemudian, kami akhirnya berhasil menghubungi Tuo Paman. Ayang Des menjelaskan kembali situasi tersebut, menambahkan peringatan agar berhati-hati menerima informasi tersebut. “Jangan sampai Ummi Yaih kebingungan nanti karena anak-anaknya dibawa orang yang tak dikenal dengan mobil Pajero Sport,” tambah Ayang Des.
Setelah penjelasan panjang, Tuo Paman akhirnya menyadari situasinya. “Baik, kalau mereka datang, saya akan tanyakan dulu maksud dan tujuannya,” katanya.
Pembicaraan kami berakhir dengan ucapan salam. Meskipun hari itu penuh ketegangan, kami semua merasa lega karena berhasil mencegah potensi penipuan dan memastikan keselamatan anak-anak yang tercinta. (titip elyas)