![]() |
Ira Maya Putri. (foto titip elyas) |
MU-ONLINE--Di bawah langit biru dan hamparan sawah yang hijau, terletaklah sebuah kampus kecil namun penuh semangat di Pariaman, Sumatera Barat. Kampus ini adalah Institut Agama Islam (IAI) Sumbar Pariaman, tempat di mana Ira Maya Putri mengukir kisah hidupnya yang penuh dengan perjuangan dan keteguhan hati.
Lahir di Medan pada tanggal 27 April 1999, Ira tumbuh menjadi seorang gadis cantik dengan wajah menawan dan bibir seulas yang manis. Ia adalah anak kedua dari sembilan bersaudara, sebuah tanggung jawab besar yang menuntut kedewasaan dan kemandirian sejak dini. Kedua orang tuanya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga besar mereka, dan Ira memahami betul beban yang mereka tanggung.
Memasuki tahun 2019, Ira memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di IAI Sumbar Pariaman. Namun, ia sadar bahwa untuk mewujudkan impian ini, ia harus mandiri dan tidak membebani orang tuanya. Dengan tekad yang kuat, Ira mulai mencari pekerjaan sampingan untuk membiayai kuliahnya serta memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dia bekerja tanpa lelah, melakukan berbagai pekerjaan serabutan demi menambah pundi-pundi penghasilannya.
Salah satu pengalaman berharga dalam perjalanan akademisnya adalah ketika ia mengajar di SDN 04 V Koto, Padang Pariaman selama satu semester. Pengalaman ini tidak hanya memberinya penghasilan, tetapi juga kesempatan untuk mengasah kemampuan mengajarnya dan berinteraksi dengan anak-anak. Setelah menyelesaikan tugas mengajarnya, Ira memasuki semester 6 dan menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Sungai Limau, sebuah pengalaman yang semakin memperkaya pengetahuannya tentang dunia pendidikan dan pengabdian masyarakat.
Setelah KKN, Ira melanjutkan mengajar di SMAN 5 Kota Pariaman. Pengalaman mengajar di sekolah menengah atas ini menambah daftar panjang pengalamannya dalam dunia pendidikan. Meski kesibukan kuliah dan mengajar seringkali menguras tenaganya, Ira tetap berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap kesempatan.
Setelah menyelesaikan studinya pada tahun 2023, Ira meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dengan nilai yang memuaskan. Meski telah berhasil menyelesaikan kuliah, perjuangan Ira belum berhenti. Ia kembali mengajar di SDN 04 V Koto Timur dengan gaji Rp 500 ribu per bulan. Gaji yang sangat pas-pasan, namun Ira tidak mengeluh. Ia terus berusaha untuk mencari peluang kerja yang lebih baik dengan melamar ke berbagai sekolah lain seperti SD IT At-Tin, SD IT Birulwalidain, dan SD IT Mutiara.
Menjadi guru pengganti adalah salah satu jalan yang ditempuhnya untuk mendapatkan pengalaman lebih banyak dan kesempatan untuk membangun karirnya. Sayangnya, keterbatasan kendaraan menjadi salah satu kendala bagi Ira. Motor yang biasa ia gunakan terpaksa dipinjamkan kepada adiknya yang bersekolah di SMAN 5 Kota Pariaman. Sebagai kakak yang bertanggung jawab, Ira memilih untuk mengalah demi pendidikan adiknya, meskipun hal ini menyulitkan mobilitasnya.
Ira selalu tampil sederhana namun mempesona. Dengan jilbab yang indah membalut kepalanya, ia tak terlalu memedulikan penampilan fisiknya. Bagi Ira, bekerja keras dan mandiri jauh lebih penting daripada merawat diri secara berlebihan. Keberanian dan ketulusan hatinya dalam menjalani hidup membuat banyak orang mengaguminya dan ingin bersahabat dekat dengannya.
Kisah hidup Ira Maya Putri adalah bukti nyata bahwa dengan ketekunan, kerja keras, dan keikhlasan, seseorang dapat mengatasi berbagai tantangan dan mencapai impiannya.
Namanya kini tercatat sebagai Ira Maya Putri, S.Pd, seorang pendidik yang berdedikasi dan menjadi teladan bagi banyak orang. Kemandirian dan keteguhannya dalam mengejar pendidikan serta pengabdiannya kepada keluarga adalah warisan berharga yang ia torehkan dalam lembaran hidupnya. (titip elyas)