![]() |
مجلس الحديث النبويّ الشريف
MAJELIS KAJIAN HADITS BERSAMA ZULKIFLI ZAKARIA
DI RUMAH SAKIT TAMAR MEDICAL CENTRE (TMC)
Jl. Basuki Rahmat No.1 Pariaman, Telp (0751) 93277-WA +62823-9204-3467
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
BAHASAN HADITS TENTANG MENGIMANI RASUL
Rabu, 29 Dzulhijjah 1446 H / 25 Juni 2025 M
Teks Hadits:
351 - (206) وَحَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي يُونُسُ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي ابْنُ الْمُسَيَّبِ، وَأَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ أُنْزِلَ عَلَيْهِ: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ} [الشعراء: 214] «يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ اللهِ، لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا عَبَّاسَ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللهِ، لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ رَسُولِ اللهِ، سَلِينِي بِمَا شِئْتِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا»،
Harmalah bin Yahya telah menyampaikan hadits kepadaku, (yang mengatakan bahwa) Ibnu Wahb telah menyampaikan kabar kepada kami, (yang mengatakan bahwa) Yunus telah menyampaikan kabar kepadaku, dari Ibnu Syihāb, (yang mengatakan bahwa) Ibnu Al-Musayyab dan Abu Salamah bin ‘Abdirrahmān telah menyampaikan kabar kepadaku bahwa Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu telah mengatakan bahwa Rasulullāh shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda ketika kepada telah diturunkan
{وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ} [الشعراء: 214]
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.”
(QS. Asy-Syu‘arā’: 214)
«يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ اللهِ، لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا عَبَّاسَ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللهِ، لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ رَسُولِ اللهِ، سَلِينِي بِمَا شِئْتِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا»،
“Wahai kaum Quraisy, selamatkanlah diri kalian dari (azab) Allah! Aku tidak dapat menolong kalian sedikit pun dari (hukuman) Allah. Wahai Bani Abdul Muththalib, aku tidak dapat menolong kalian dari Allah sedikit pun. Wahai ‘Abbas bin Abdul Muththalib, aku tidak dapat menolongmu dari Allah sedikit pun. Wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah, aku tidak dapat menolongmu dari Allah sedikit pun. Wahai Fāthimah binti Rasulullāh, mintalah kepadaku apa pun yang engkau kehendaki (di dunia ini), aku tidak dapat menolongmu dari Allah sedikit pun.”
(Teks HR. Muslim no. 206-351)
Petikan Pelajaran:
Kata “عشيرتك” berasal dari kata ‘asyirah (عشيرة), yang artinya keluarga besar atau kaum kerabat. Sedangkan kata “الأقربين” artinya yang paling dekat (dalam kekerabatan), yaitu orang-orang yang memiliki hubungan nasab terdekat dengan Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam.
Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk memulai dakwah dengan orang-orang terdekat sebelum memperluas ke masyarakat umum. Ini adalah prinsip dalam menyampaikan dakwah: dimulai dari keluarga.
Dalam hadis ini, Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam berdiri setelah Allah menurunkan firman-Nya:
{وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ} [الشعراء: 214]
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.”
(QS. Asy-Syu‘arā’: 214)
Maksudnya: Pergilah dan sampaikan peringatan kepada kerabat-kerabat dekatmu. Mereka adalah kaum Quraisy, yaitu keluarga dari ‘Abdul-Muṭhṭhalib, Hāsyim, ‘Abd Manāf, dan Qushayy.
Maka Rasulullah bersabda kepada mereka:
“Wahai kaum Quraisy (atau kalimat semacamnya), selamatkanlah diri kalian!”
Kemudian Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam mulai menyebut kerabat-kerabatnya yang paling dekat secara nasab dari Quraisy:
“Wahai Bani ‘Abdul Muththalib”, yang merupakan salah satu leluhur beliau,
“Aku tidak bisa menyelamatkan kalian dari (siksa) Allah sedikit pun.”
“Wahai ‘Abbās bin ‘Abd al-Muṭṭalib”, yang merupakan paman beliau,
“Aku tidak bisa menyelamatkanmu dari (siksa) Allah sedikit pun.”
“Wahai Shaffiyyah, bibi Rasulullah,”
“Aku tidak bisa menyelamatkanmu dari (siksa) Allah sedikit pun.”
“Wahai Fāṭimah binti Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wasallam, mintalah kepadaku apa saja dari hartaku.”
Ini semua beliau sanggupi di dunia.
Namun beliau menegaskan:
“Aku tidak bisa menyelamatkanmu dari (siksa) Allah sedikit pun.”
Kalimat "لا أُغْنِي عَنْكُم مِنَ اللهِ شَيْئًا" berarti “Aku tidak dapat melindungi kalian sedikit pun dari (takdir) Allah.”
Maknanya: seseorang tidak mampu menolak azab Allah dari orang lain, dan tidak pula dapat mendatangkan manfaat dari sisi-Nya.
Kalimat ini merupakan ungkapan tentang ketidakberdayaan manusia di hadapan kekuasaan Allah yang mutlak.
Karena di akhirat, setiap orang akan dihisab atas dirinya masing-masing. Dan tidak akan masuk surga seseorang yang tidak beriman kepada Allah subḥānahu wata‘ālā.
Hadis ini menunjukkan ketegasan Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam dalam menyampaikan kebenaran dan menyampaikan risalah sebagaimana diperintahkan oleh Rabb-nya, tanpa sedikit pun mengurangi.
Dan juga menunjukkan ketegasan tauhid, bahwa syafaat atau pertolongan tidak diberikan berdasarkan hubungan keluarga, tapi atas dasar iman dan amal. Bahwa kedekatan nasab dengan Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam tidak menjamin keselamatan di akhirat.
Syaikh Ibn Bāz rahimahullāh berkata:
“Tolak ukur yang hakiki adalah mengikuti apa yang datang dalam Al-Qur’an dan Sunnah yang suci—baik dalam ucapan, perbuatan, maupun keyakinan.
Adapun nasab (keturunan), maka itu tidak bermanfaat dan tidak berguna, sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam: “Barang siapa yang lambat amalnya, maka tidak akan dipercepat oleh nasabnya.”
(HR. Muslim).
Dan beliau bersabda: “Wahai kaum Quraisy, selamatkanlah diri kalian dari (azab) Allah. Aku tidak bisa memberi manfaat apa pun dari Allah untuk kalian.”
Demikian pula yang beliau katakan kepada pamannya, Al-‘Abbās, kepada bibinya Shafiyyah, dan kepada putrinya Fāṭhimah.
Seandainya nasab itu bermanfaat bagi seseorang, tentu akan bermanfaat bagi mereka.”
(Majmū‘ Fatāwā Ibn Bāz, 3/98)
Wallaahu a’lam